Jaksa Wilayah Onondaga William Fitzpatrick mengakui: “Ini (hukuman yang salah) seharusnya tidak pernah terjadi.”
Broadwater menangis saat hukuman itu dihapuskan. Dia sekarang meminta permintaan maaf dari Sebold, yang belum berkomentar.
“Saya hanya berharap dan berdoa semoga Sebold akan maju dan berkata, 'Hei, saya membuat kesalahan besar,' dan memberi saya permintaan maaf. Saya bersimpati padanya, tapi dia salah,” ujar Broadwater melansir Daily Mail pada Rabu (24/11/2021).
"Saya mulai mengaduk-aduk dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini," kata Produser Mucciante kepada awal pekan ini.
Baca juga: Buntut 68 Napi Tewas dalam Kerusuhan Penjara Ekuador, Panglima Militer dan Kepala Penjara Mundur
"This never should've happened."
The #Syracuse rape conviction at the heart of Alice Sebold’s memoir was thrown out.
Anthony Broadwater broke down in tears as the judge overturned the 40-yr-old conviction that wrongfully put him in prison for 16 years.https://t.co/wCOoxS04Fn pic.twitter.com/SExDqqipPM
— Katrina Tulloch (@katrinatulloch) November 22, 2021
Di Lucky, Alice Sebold menulis tentang pemerkosaan yang dialaminya saat menjadi mahasiswa tahun pertama di Syracuse pada Mei 1981.
Dia menggambarkan pemerkosaan itu dalam detail grafis. Termasuk bagaimana dia harus berbicara dengan pemerkosa untuk mendorongnya, dan mengatakan kepadanya bahwa dia adalah 'pria yang baik' dan bagaimana dia berharap itu akan berakhir.
Dia menulis bagaimana pelaku kemudian meminta maaf sambil menangis setelah serangan itu berakhir, dan mengatakan kepadanya bahwa dia adalah “gadis yang baik”.
Kemudian menurut tulisan Sebold, dia kembali ke asramanya dan menceritakan kepada teman-temannya bahwa dia baru saja 'dipukuli dan diperkosa' di taman.
“Wajahku penuh luka, goresan di hidung dan bibirku, air mata di pipiku. Rambut saya kusut dengan daun. Pakaian saya terbalik dan berlumuran darah. Mata saya berkaca-kaca,'' tulisnya.
Baca juga: Teroris Berbahaya Kabur dari Penjara Kenya, Saat Jalani Hukuman 41 Tahun akibat Tewaskan 148 Orang
Beberapa bulan kemudian, dia melihat seorang pria kulit hitam di jalan dan mengira itu pelakunya. Sebold lalu pergi ke polisi, tetapi dia tidak tahu nama pria itu dan pemeriksaan awal di daerah itu gagal menemukannya.
Seorang petugas memiliki prasangka bahwa pria di jalan itu pasti Broadwater, yang diduga terlihat di daerah itu. Sebold memberi Broadwater nama samaran Gregory Madison dalam bukunya.
Namun, setelah Broadwater ditangkap, Sebold gagal mengidentifikasi dia dalam barisan polisi. Dia memilih pria lain sebagai penyerangnya.
Dalam bukunya Sebold menulis kesalahan itu terjadi karena “ekspresi di matanya memberitahu saya bahwa jika kami sendirian, jika tidak ada dinding di antara kami, dia akan menelepon dan memanggil nama saya dan kemudian membunuh saya.”
Sebold juga menulis dalam memoarnya bahwa Broadwater dan pria di sebelahnya tampak serupa. Lalu beberapa saat setelah dia membuat pilihan, dia sadar telah memilih pria yang salah.
Sebold kemudian mengidentifikasi Broadwater di pengadilan.
Baca juga: Wabah Covid-19 Merebak di Penjara Singapura, 200 Orang Positif Termasuk Staf dan Terpidana Mati