Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kamo'oalewa, Asteroid Merah yang Disebut "Bulan Kecil"

Kompas.com - 21/11/2021, 16:55 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

PHOENIX, KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, para ilmuwan masih bertanya-tanya mengenai asal usul asteroid Kamo'oalewa.

Benda angkasa ini ditemukan pada 2016, dan para astronom tahu bahwa ia memiliki orbit yang relatif dekat dengan Bumi. Selain itu, tak banyak yang diketahui.

Namun, penelitian terbaru, telah menambah petunjuk mengenai misteri kemunculannya: asteroid ini bisa menjadi bagian dari Bulannya Bumi.

Baca juga: NASA: Asteroid Bennu Kemungkinan Akan Menabrak Bumi Tahun 2135

"Ini tidak tampak seperti apa yang kita bayangkan, kalau ini hanyalah sebuah asteroid 'normal'," kata Benjamin Sharkey, seorang astronom dari Universitas Arizona sekaligus penulis utama dari penelitian terbaru yang dipublikasi melalui jurnal Nature.

Rekannya, Juan Sanchez yang juga ambil bagian dari penelitian ini, mengatakan kepada BBC: "Mungkin asteroid ini terlontar akibat tabrakan antara Bulan dengan sebuah meteor. Materinya kemungkinan berasal dari pecahan permukaan Bulan."

Meskipun satu-satunya cara untuk mengetahui Kamo`oalewa secara alami, tentu saja dengan mendapatkan sampelnya, sesuatu yang bisa dilakukan dalam tahun-tahun terakhir ini, tapi para peneliti punya sejumlah alasan untuk meyakini bahwa teori tersebut benar.

Seperti apa Kamo'oalewa?

Sebuah 'satelit semu'

Kamo'oalewa (yang sebelumnya dikenal dengan sebutan 2016 HO3) ditemukan pada 2016 melalui teleskop Pan-STARRS 1 yang berlokasi di Hawaii, Amerika Serikat.

Para peneliti memberinya nama Hawaii 'Kamo'oalewa' yang artinya "fragmen langit yang bergerak teratur"

Jalur orbit asteroid Kamo?oalewa memiliki kemiripan dengan jalur orbit Bumi - Kadang, ia di depan Bumi dan dekat dengan Matahari, terkadang berada di belakang, dan jauh sekali.NASA/JPL-CALTECH via BBC INDONESIA Jalur orbit asteroid Kamo?oalewa memiliki kemiripan dengan jalur orbit Bumi - Kadang, ia di depan Bumi dan dekat dengan Matahari, terkadang berada di belakang, dan jauh sekali.
Panjangnya kurang lebih 40 meter, dan secara teknis lebih dianggap sebagai 'satelit semu' dibandingkan dengan 'bulan'.

"Sebuah satelit semu di Bumi merupakan objek yang mengorbit pada jarak yang hampir sama atau mirip dengan Bumi. Dengan demikian, obyeknya tetap dekat dengan planet kita saat benda angkasa itu mengorbit di Matahari," jelas Sanchez.

Tidak seperti Bulan, Kamo'oalewa tidak mengitari Bumi, tapi Matahari, dalam jalur paralel. Jadi, jika planet kita menghilang, asteroid ini terus saja mengorbit.

Baca juga: Asteroid Seukuran Taj Mahal Melintas Dekat Bumi

Para ilmuwan sejauh ini mendeteksi terdapat lima satelit semu, tapi hanya Kamo'oalewa yang praktis dipelajari.

"Kamo'oalewa lebih mudah untuk diamati dibandingkan dengan satelit semu lainnya, yang kita ketahui. Sekali dalam setahun, selama bulan April, penglihatan pada benda langit ini cukup jelas, jadi ini bisa diamati dengan teleskop besar dari Bumi," kata Sanchez.

Sementara yang lainnya, kurang terlihat, dan tak bisa dianalisis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com