Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Xi Jinping Capai Status Setara Mao Zedong dan Deng Xiaoping melalui "Resolusi Historis"

Kompas.com - 12/11/2021, 07:49 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Partai Komunis China (PKC) mengeluarkan "resolusi historis" langka pada Kamis (11/11/2021), yang mengangkat status kepemimpinan Xi Jinping

"Resolusi historis" yang dirilis Xi Jinping adalah yang ketiga dari jenisnya dalam sejarah 100 tahun berdirinya Partai Komunis China berkuasa.

Melansir BBC pada Kamis (11/11/2021), resolusi historis yang pertama disahkan oleh Mao Zedong pada 1945 dan yang kedua oleh Deng Xiaoping pada 1981, yang mengubah China menjadi kekuatan ekonomi.

Ringkasan resmi dari resolusi historis Xi Jinping disahkan pada Kamis di sesi pleno ke-6, salah satu pertemuan politik paling penting di China.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Peringatkan Potensi Perang Dingin di Asia-Pasifik

Pengesahan resolusi historis Xi Jinping itu menjadikan Xi setara dengan pendiri partai Mao dan penggantinya Deng.

Melansir The Guardian pada Kamis (11/11/2021), ringkasan resmi resolusi historis dari pertemuan pleno tersebut disebutkan bahwa di bawah kepemimpinan Xi Jinping, China telah “membuat pencapaian bersejarah dan mengalami transformasi bersejarah”.

Dokumen resolusi historis yang dirilis partai komunis itu memuji Xi, Mao, dan Deng, karena memimpin China untuk mencapai “transformasi luar biasa dari berdiri dan tumbuh makmur menjadi kuat”.

Ringkasan resmi dari resolusi historis tersebut mengatakan, “Menetapkan posisi kamerad Xi Jinping sebagai inti dari komite pusat serta seluruh partai...sangat penting dalam memajukan menuju peremajaan besar bangsa China.”

Ringkasan itu juga mengatakan bahwa komite pusat partai telah menyelesaikan “banyak tugas utama yang belum selesai sebelumnya dan mempromosikan pencapaian bersejarah dan perubahan bersejarah dalam perjuangan partai dan negara”.

Resolusi historis itu disahkan setelah perubahan besar dinamika kekuasaan di puncak Partai Komunis China dalam beberapa tahun terakhir.

Kemudian, ditujukan untuk meyakinkan pejabat partai serta masyarakat luas tentang kemajuan yang dibuat di bawah kepemimpinan Xi Jinping, kata Ling Li, seorang ahli yang mempelajari PKC di Universitas Wina.

Baca juga: COP26 Glasgow, China Balas Kritik Biden soal Absennya Xi Jinping

Mengapa resolusi historis itu penting?

Pada dasarnya, resolusi histpris ini memperkuat kekuasaan Xi Jinping, kata para ahli kepada BBC.

"Dia mencoba untuk menampilkan dirinya sebagai pahlawan dalam epik perjalanan nasional China," kata Adam Ni, editor China, Neican, sebuah buletin tentang urusan China saat ini.

"Dengan mendorong melalui resolusi historis yang menempatkan dirinya di pusat narasi besar Partai dan China modern, Xi menunjukkan kekuatannya. Tetapi, dokumen itu juga merupakan alat untuk membantunya mempertahankan kekuatan ini," terangnya.

Dr Chong Ja Ian dari Universitas Nasional Singapura mengatakan langkah terbaru tersebut membuat Xi Jinping berbeda dari para pemimpin China sebelumnya.

"(Mantan pemimpin) Hu Jintao dan Jiang Zemin tidak pernah memiliki otoritas terkonsolidasi sebanyak Xi. Namun, tidak jelas apakah mereka memiliki kecenderungan untuk melakukannya bahkan jika dihadapkan dengan peluang serupa," kata Dr Chong.

Baca juga: Biden Kritik Xi Jinping dan Putin karena Tak Hadir di COP26

"Tentu saja ada banyak penekanan pada Xi sebagai pribadi saat ini. Sejauh mana ia menjadi lebih dilembagakan secara formal adalah apa yang diwaspadai banyak orang saat ini," ungakapnya.

Baik Deng Xiaoping maupun Mao Zedong, yang meloloskan resolusi sebelumnya, menggunakannya sebagai cara untuk memutuskan hubungan dengan masa lalu.

Resolusi pertama, diadopsi pada pleno partai pada 1945, membantu Mao Zedong mengkonsolidasikan kepemimpinannya, sehingga ia memiliki otoritas penuh ketika ia mendeklarasikan pembentukan Republik Rakyat China pada 1949.

Ketika Deng Xiaoping mengambil alih sebagai pemimpin pada 1978, ia memprakarsai resolusi kedua pada 1981, di mana ia mengkritik "kesalahan" Mao Zedong selama Revolusi Kebudayaan 1966-1976, yang menyebabkan jutaan orang mati.

Deng Xiaoping juga meletakkan dasar bagi reformasi ekonomi China.

Baca juga: Enes Kanter Dikecam China Setelah Sebut Xi Jinping Diktator Brutal dan Dukung Tibet Merdeka

Namun tidak seperti resolusi sebelumnya, Xi ingin menekankan kesinambungan dengan resolusinya, kata Ni.

Berbeda dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping, resolusi Xi Jinping datang pada saat China telah menjadi kekuatan global, sesuatu yang hampir tidak terbayangkan beberapa dekade yang lalu.

"Negara ini berdiri pada titik, di mana ia sekarang dapat melihat kembali pertumbuhan signifikan dalam ekonomi, militer, dan pengakuan statusnya sebagai kekuatan utama, dengan PKC serta kepemimpinannya mengakar kuat tanpa oposisi di dalam negeri," kata Dr Chong.

"Dalam beberapa hal, PKC dengan Xi sedang mencapai puncak pencapaian bagi partai maupun China," ujarnya.

Namun politik bisa "mengejutkan", kata para ahli.

Terlepas dari semua bukti bahwa Xi Jinping akan mampu mempertahankan kepemimpinan di masa mendatang, tetapi apa pun bisa terjadi.

"Politik elit China tidak jelas, jadi banyak yang tidak kami ketahui," ungkap Ni.

Baca juga: Xi Jinping: China Akan Rebut Taiwan secara Damai dan Bakal Terwujud

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com