Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Hasina Wajed, Perdana Menteri Bangladesh

Kompas.com - 22/10/2021, 12:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina Wajed, lahir 28 September 1947 di Tungipara, Pakistan Timur (sekarang Bangladesh).

Politisi dan pemimpin Liga Awami ini dua kali menjabat sebagai perdana menteri Bangladesh, yakni pada 1996-2001 dan 2009 hingga sekarang.

Baca juga: Edit Foto Perdana Menteri Bangladesh, Pria Ini Dihukum 7 Tahun Penjara

Dilansir Britannica, perempuan berumur 74 tahun ini adalah putri Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin utama pemisahan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.

Pada tahun 1968, ia menikah dengan MA Wazed Miah, seorang ilmuwan Bengali terkemuka.

Saat berada di Universitas Dhaka pada akhir 1960-an, ia aktif dalam politik dan menjabat sebagai penghubung politik ayahnya selama dipenjara pemerintah Pakistan.

Hasina dan anggota keluarganya yang lain juga ditahan pada tahun 1971 karena partisipasi mereka dalam pemberontakan selama perang pembebasan, yang akhirnya mengarah pada kemerdekaan Bangladesh.

Baca juga: Bertemu Menlu Bangladesh, Retno Tegaskan Komitmen Indonesia Bantu Tangani Isu Rohingyap

Pada tanggal 15 Agustus 1975, ayah Hasina yang baru beberapa bulan menjadi presiden Bangladesh, beserta ibu dan tiga saudara laki-lakinya, dibunuh di rumah mereka oleh beberapa perwira militer.

Hasina, yang berada di luar negeri ketika pembunuhan terjadi, kemudian menghabiskan enam tahun di pengasingan.

Selama waktu itulah dia terpilih untuk memimpin Liga Awami, yang didirikan oleh ayahnya dan sejak itu menjadi organisasi politik terbesar di Bangladesh.

Sekembalinya ke rumah pada tahun 1981, Hasina menjadi pendukung demokrasi yang menonjol dan blak-blakan, yang mengakibatkan dia ditempatkan di tahanan rumah.

Dia akhirnya mendapatkan kursi sebagai pemimpin oposisi di parlemen, di mana dia mengutuk kekerasan pemerintahan militer dan memulai langkah-langkah mengamankan hak asasi manusia bagi semua warga negara.

Pada Desember 1990 pemimpin militer terakhir Bangladesh, Letnan Nenderal Hussain Mohammad Irsyad, mengundurkan diri.

Ini sebagai tanggapan atas ultimatum yang dikeluarkan Hasina, yang didukung secara luas oleh rakyat Bangladesh.

Baca juga: Dampak Krisis Rohingya bagi Bangladesh

Pada tahun 1991, dalam pemilihan umum bebas pertama yang diadakan di Bangladesh, Hasina gagal mendapatkan mayoritas di parlemen.

 

Kekuasaan pemerintahan lantas diberikan kepada lawannya, Khaleda Zia, pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).

Hasina dan para pengikutnya menuduh BNP tidak jujur selama pemilihan. Liga Awami, bersama dengan partai-partai oposisi lainnya pun memboikot parlemen.

Tindakan non-partisipasi yang menantang ini memicu demonstrasi kekerasan dan menjerumuskan negara ke dalam kekacauan politik.

Meskipun pemerintah BNP membantah semua tuduhan kecurangan suara, Khaleda menyerah pada tuntutan dan dia menyerahkan jabatannya kepada pemerintah sementara nonpartai yang akan mengawasi pemilihan baru.

Hasina lantas terpilih sebagai perdana menteri pada Juni 1996 hingga 2001, di tengah kemelut politik.

Baca juga: Pasca-kebakaran Maut Pabrik Makanan, Bangladesh Evaluasi Keselamatan Tempat Kerja

Setelah Khaleda kembali berkuasa pada 2001, Hasina melanjutkan pekerjaannya dengan Liga Awami dalam suasana politik yang masih sangat tidak stabil.

Saat Khaleda ditahan karena tuduhan korupsi,
Hasina dilantik kembali sebagai perdana menteri pada Januari 2009.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com