Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-kebakaran Maut Pabrik Makanan, Bangladesh Evaluasi Keselamatan Tempat Kerja

Kompas.com - 27/07/2021, 07:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjadinya kebakaran mematikan pada sebuah pabrik di Bangladesh, membuat pemerintah harus mengevaluasi kembali aturan tentang keselamatan tempat kerja dan perlindungan tenaga kerja.

Insiden kebakaran pabrik pengolahan makanan milik Sajeeb Group di distrik Narayanganj  pada 8 Juli lalu, itu menelan lebih dari 50 pekerja tewas, 20 lainnya terluka. 

Pabrik ini membuat produk yang dijual di bawah merek Sajeeb Group. Namun terdapat beberapa label lain yang juga mereka produksi termasuk merek jus Pakistan yang populer Shezan dan selai cokelat Nocilla.

Seperti dikutip dari Nikkei Asia, setelah kebakaran, otoritas keselamatan gedung mengatakan pintu keluar darurat dalam pabrik tersebut tidak memadai dan kurangnya perencanaan untuk keadaan darurat kebakaran.

Baca juga: Tindaklanjut Kebakaran Tangki Balongan, Pertamina Verifikasi Kerusakan Properti

"Pabrik diberikan aturan keselamatan kebakaran dari Oktober lalu, tetapi sampai sekarang mereka belum menerapkan satu persen dari pekerjaan itu," ujar direktur Dinas Pemadam Kebakaran dan Pertahanan Sipil Bangladesh, Zillur Rahman.

Pihak berwenang juga melihat pelanggaran lainnya yakni adanya sejumlah pekerja anak di pabrik ketika kebakaran terjadi, beberapa di antaranya meninggal.

Sejumlah pemilik dan manajer Sajeeb telah ditangkap sehubungan dengan kebakaran tersebut.

Standar pabrik Bangladesh mendapat kecaman keras setelah insiden Rana Plaza pada April 2013, ketika sebuah bangunan yang menampung lima pabrik pakaian runtuh, menewaskan lebih dari 1.100 pekerja dan melukai beberapa ribu lainnya.

Berbagai pembeli dari Eropa dan Amerika menekan pabrik-pabrik pakaian jadi Bangladesh yang berorientasi ekspor untuk meningkatkan keselamatan kerja dan hak-hak buruh serta membantu memperbaiki kondisi kerja di pabrik-pabrik tersebut.

Namun, para pemimpin buruh di Bangladesh mengatakan tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi di pabrik lain yang memproduksi barang terutama untuk pasar domestik.

Menurut Institut Studi Tenaga Kerja Bangladesh (BILS), sekitar 169 pekerja tewas dalam tiga setengah tahun terakhir dalam 99 insiden kebarakan pabrik.

Sekretaris jenderal Kongres Buruh Bangladesh, Nazma Akter, mengatakan pabrik pakaian jadi Bangladesh telah meningkatkan keselamatan tempat kerja setelah ditekan masyarakat lokak dan internasional.

"Tapi, insiden kebakaran terbaru adalah pengingat bahwa pabrik-pabrik Bangladesh tidak aman. Mereka adalah jebakan maut," ungkap Akter.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+