KOMPAS.com - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina Wajed, lahir 28 September 1947 di Tungipara, Pakistan Timur (sekarang Bangladesh).
Politisi dan pemimpin Liga Awami ini dua kali menjabat sebagai perdana menteri Bangladesh, yakni pada 1996-2001 dan 2009 hingga sekarang.
Dilansir Britannica, perempuan berumur 74 tahun ini adalah putri Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin utama pemisahan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.
Pada tahun 1968, ia menikah dengan MA Wazed Miah, seorang ilmuwan Bengali terkemuka.
Saat berada di Universitas Dhaka pada akhir 1960-an, ia aktif dalam politik dan menjabat sebagai penghubung politik ayahnya selama dipenjara pemerintah Pakistan.
Hasina dan anggota keluarganya yang lain juga ditahan pada tahun 1971 karena partisipasi mereka dalam pemberontakan selama perang pembebasan, yang akhirnya mengarah pada kemerdekaan Bangladesh.
Pada tanggal 15 Agustus 1975, ayah Hasina yang baru beberapa bulan menjadi presiden Bangladesh, beserta ibu dan tiga saudara laki-lakinya, dibunuh di rumah mereka oleh beberapa perwira militer.
Hasina, yang berada di luar negeri ketika pembunuhan terjadi, kemudian menghabiskan enam tahun di pengasingan.
Selama waktu itulah dia terpilih untuk memimpin Liga Awami, yang didirikan oleh ayahnya dan sejak itu menjadi organisasi politik terbesar di Bangladesh.
Sekembalinya ke rumah pada tahun 1981, Hasina menjadi pendukung demokrasi yang menonjol dan blak-blakan, yang mengakibatkan dia ditempatkan di tahanan rumah.
Dia akhirnya mendapatkan kursi sebagai pemimpin oposisi di parlemen, di mana dia mengutuk kekerasan pemerintahan militer dan memulai langkah-langkah mengamankan hak asasi manusia bagi semua warga negara.
Pada Desember 1990 pemimpin militer terakhir Bangladesh, Letnan Nenderal Hussain Mohammad Irsyad, mengundurkan diri.
Ini sebagai tanggapan atas ultimatum yang dikeluarkan Hasina, yang didukung secara luas oleh rakyat Bangladesh.
Pada tahun 1991, dalam pemilihan umum bebas pertama yang diadakan di Bangladesh, Hasina gagal mendapatkan mayoritas di parlemen.
Kekuasaan pemerintahan lantas diberikan kepada lawannya, Khaleda Zia, pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).
Hasina dan para pengikutnya menuduh BNP tidak jujur selama pemilihan. Liga Awami, bersama dengan partai-partai oposisi lainnya pun memboikot parlemen.
Tindakan non-partisipasi yang menantang ini memicu demonstrasi kekerasan dan menjerumuskan negara ke dalam kekacauan politik.
Meskipun pemerintah BNP membantah semua tuduhan kecurangan suara, Khaleda menyerah pada tuntutan dan dia menyerahkan jabatannya kepada pemerintah sementara nonpartai yang akan mengawasi pemilihan baru.
Hasina lantas terpilih sebagai perdana menteri pada Juni 1996 hingga 2001, di tengah kemelut politik.
Setelah Khaleda kembali berkuasa pada 2001, Hasina melanjutkan pekerjaannya dengan Liga Awami dalam suasana politik yang masih sangat tidak stabil.
Saat Khaleda ditahan karena tuduhan korupsi,
Hasina dilantik kembali sebagai perdana menteri pada Januari 2009.
https://www.kompas.com/global/read/2021/10/22/121510370/profil-hasina-wajed-perdana-menteri-bangladesh