Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara China Perangi Kesenjangan Kaya dan Miskin Lewat Penertiban Konglomerat

Kompas.com - 05/10/2021, 23:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Sementara cara lain untuk melihatnya adalah bahwa sementara waktu akan ada beberapa pergolakan jangka pendek ketika aturan baru diterapkan, bisa jadi aturan itu akan menghilangkan ketidakpastian dalam jangka panjang.

Agaknya, begitulah pandangan pemerintah China, setidaknya.

Baca juga: Presiden Taiwan Peringatkan Konsekuensi Serius jika Negaranya Jatuh ke Tangan China

Menghantam si 'Semut' perkasa Jack Ma

Bahkan sebelum jelas terlihat bahwa Presiden Xi Jinping akan membentuk ekonomi China dengan kebijakan kemakmuran bersama yang dibuatnya, Beijing memperlihatkan kuasa besarnya.

Belum sampai setahun yang lalu, Jack Ma, konglomerat pendiri Alibaba yang terkenal berpenampilan flamboyan di banyak acara, bersiap untuk memulai debut perusahaannya di pasar saham. Nilainya digadang-gadang mencapai yang paling besar di dunia.

Penawaran saham perdana ke publik dari Ant Group, afiliasi keuangan Alibaba dan pemilik Alipay sebagai platform pembayaran terbesar di China, saat itu diperkirakan bakal meraup 34,4 miliar dollar AS (lebih dari Rp 491 triliun)

Bila IPO itu lancar, ini akan membuat Jack Ma sebagai orang terkaya di Asia. Namun, suatu ketika, dia membuat pidato kontroversial, yaitu mengkritik sistem keuangan China.

Hanya dalam hitungan hari, penjualan saham Ant Group itu batal dan setelah sering tampil di berbagai acara penting, Ma pun lama tak terlihat lagi hingga Januari lalu.

Sejak itu, Alibaba diganjar denda 2,8 miliar dollar AS (Rp 40 triliun lebih) setelah penyelidikan pihak berwenang China menyatakan perusahaan itu menyalahgunakan posisi pasarnya selama bertahun-tahun.

Grup Ant pun mengumumkan rencana restrukturisasi yang drastis atas semua bisnisnya.

Apakah itu bagian dari inisiatif kemakmuran bersama, bisa kita serahkan kepada para sejarawan untuk menjelaskannya di masa datang.

Apa yang bisa kita sampaikan adalah bahwa kejatuhan spektakuler Ma dari puncak kejayaan dan aksi atas kekaisaran bisnisnya yang luas, menggambarkan potongan cerita pembuka yang luar biasa dari pertunjukan yang kini menjangkau setiap sudut ekonomi China.

Baca juga: Malaysia Panggil Duta Besar China Perkara Zona Ekonomi Eksklusif di Laut China Selatan

Menara utang yang tertatih-tatih

Evergrande Group merupakan contoh lain raksasa bisnis yang sudah ditentukan nasibnya dengan kebijakan kemakmuran bersama.

Bisnis intinya adalah pembangunan real estat. Namun perusahaan itu juga meluaskan sayapnya ke usaha manajemen kekayaan, mobil listrik, dan industri makanan dan minuman.

Perusahaan itu bahkan pemilik salah satu klub sepak bola terbesar di China, Guangzhou FC.

Evergrande dikelola oleh konglomerat Hui Ka Yan. Dia sempat menjadi orang terkaya se-Asia pada 2017, menurut Forbes.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com