Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evakuasi Udara Terbesar Sejak AS Keluar dari Afghanistan Berhasil, Angkut Banyak Musisi

Kompas.com - 05/10/2021, 21:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

KABUL, KOMPAS.com - Evakuasi udara terbesar sejak AS keluar dari Afghanistan berhasil dilakukan dan dalam perjalanan menuju Portugal, yang mengangkut lebih dari 100 orang mahasiswa, alumni dan anggota fakultas Institut Musik Nasional Afghanistan (ANIM).

Direktur institut tersebut mengatakan pada Senin (4/10/2021) bahwa pemerintah Portugal telah setuju memberikan suaka kepada kelompok musisi Afghanistan tersebut.

Baca juga: Tentang Taliban, Perempuan Afghanistan Nekad Kembali Kerja, Sekolah dan Turun ke Jalan

Mereka berangkat dengan penerbangan yang membawa 235 penumpang keluar dari bandara internasional Kabul ke Qatar pada Minggu (3/10/2021). Ini merupakan rombongan penyelamatan terbesar dari warga Afghanistan, sejak dua minggu sebelum pasukan AS dan NATO menarik diri dari negara itu.

"Anda tidak bisa membayangkan betapa bahagianya saya. Kemarin saya menangis berjam-jam," kata pendiri dan direktur sekolah itu, Ahmad Sarmast, dari rumahnya di Melbourne, Australia melansir Newsweek pada Senin (5/10/2021).

Para musisi bergabung dengan puluhan ribu warga Afghanistan, termasuk banyak dari dunia olahraga dan seni negara itu, yang telah melarikan diri sejak Agustus.

Di antara pengungsi baru-baru ini adalah tim robotika wanita Afghanistan, yang dikenal sebagai "Pemimpi Afghanistan". Ada juga tim sepak bola putri Afghanistan yang masing-masing bermukim di Meksiko dan Portugal.

Terakhir kali Taliban memerintah negara itu, pada akhir 1990-an, mereka langsung melarang musik.

Baca juga: Cerita Penduduk Gua Lembah Bamiyan Afghanistan yang Diliputi Kemiskinan dan Kelaparan

Sejauh ini, pemerintahan baru Taliban belum mengambil langkah itu secara resmi. Tapi musisi takut larangan resmi akan datang. Beberapa milisi Taliban mulai menegakkan aturan mereka sendiri, melecehkan musisi dan tempat musik.

Afghanistan memiliki tradisi musik yang kuat, dipengaruhi oleh musik klasik Iran dan India, dan musik pop yang berkembang berkembang pesat dalam 20 tahun terakhir.

Institut Musik Nasional Afghanistan, yang didirikan oleh Sarmast pada 2010, pernah terkenal dengan inklusivitasnya. Lembaga pendidikan ini muncul sebagai wajah Afghanistan baru, tampil di hadapan penonton yang penuh sesak di AS dan Eropa.

Sekarang ruang kelasnya kosong, kampusnya dijaga oleh milisi dari jaringan Haqqani, sekutu Taliban yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat.

Para guru dan 350 siswa belum kembali ke sekolah sejak pengambilalihan Taliban.

Ahmad Sarmast, pendiri Institut Musik Nasional Afghanistan, berpose selama wawancara dengan AFP di Melbourne pada 5 Oktober 2021, setelah diumumkan lebih dari 100 siswa dan guru musik telah meninggalkan Afghanistan dalam penerbangan menggigit kuku dari Kabul menyusul pengambilalihan negara oleh Taliban Islam garis keras. AFP PHOTO/WILLIAM WEST Ahmad Sarmast, pendiri Institut Musik Nasional Afghanistan, berpose selama wawancara dengan AFP di Melbourne pada 5 Oktober 2021, setelah diumumkan lebih dari 100 siswa dan guru musik telah meninggalkan Afghanistan dalam penerbangan menggigit kuku dari Kabul menyusul pengambilalihan negara oleh Taliban Islam garis keras.

Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan

Sekitar 50 siswa sedang dalam penerbangan pada Minggu (3/10/2021), termasuk sebagian besar anggota orkestra Zohra yang semuanya perempuan, selain itu ada mantan siswa, staf pengajar, dan kerabat.

Sarmast sekarang berencana membangun kembali sekolah di Portugal, sehingga para siswa dapat melanjutkan pendidikan mereka dengan gangguan minimal.

Dia sudah mencari cara untuk mengamankan alat musik untuk mereka sesegera mungkin. Dia berharap mahasiswa dan anggota fakultas yang tersisa akan berangkat dengan penerbangan lain akhir bulan ini.

"Kami ingin melestarikan tradisi musik Afganistan di luar Afganistan. Kami yakin suatu hari nanti ketika kondisi negeri ini lebih baik, ratusan musisi profesional akan siap kembali dan menghidupkan kembali musiknya," katanya.

"Misi ini belum selesai, itu baru saja dimulai."

Baca juga: POPULER GLOBAL: Dampak Krisis Evergrande Timpa Swedia | Taliban Hancurkan Markas ISIS, Balasan Bom Masjid Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com