Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kontestan “Idol Afghanistan” yang Kabur dari Taliban Demi Bisa Tetap Bernyanyi

Kompas.com - 22/09/2021, 22:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Keputusannya untuk meninggalkan Afghanistan tidaklah mudah. Ayesha meninggalkan apartemen hanya dengan sebuah tas berisi pakaian, menghadapi perjalanan berbahaya ke perbatasan.

Mimpinya menjadi seorang musisi sudah membuat hubungannya dengan keluarganya renggang.

"Saya mahasiswa hukum. Ayah saya mendaftarkan kami di sekolah dan perguruan tinggi yang bagus, tetapi ia ingin saya menjadi pengacara, dan saya tidak tertarik dengan profesi itu," katanya.

Ayesha tidak suka bicara banyak tentang perselisihan dengan keluarganya. Tapi ia mengaku "menghadapi banyak kesulitan dan tantangan karena memilih musik sebagai karier".

Baca juga: Taliban Tunjuk Duta Besar Afghanistan untuk PBB, Ingin Berbicara dalam Sidang Umum

Di sekolah, ia menonjol karena keahliannya dalam membaca Naat, lagu-lagu pujian yang memuji Nabi Muhammad.

Para guru sangat antusias dengan bakat Ayesha, tetapi bakat itu tidak dihargai di rumahnya sendiri.

"Saya berasal dari keluarga religius konservatif, yang tidak ada ketertarikan sama sekali pada musik."

Beberapa tahun yang lalu, ketika ia terpilih untuk menjadi kontestan di Afghan Star, Ayesha meninggalkan rumahnya dan tinggal di sebuah hostel.

Ia tahu keluarganya tidak akan setuju bila ia ikut serta dalam acara itu.

"Kontes Afghan Star sangat populer di negara ini. Saya tahu keluarga saya tidak akan memberikan izin jika saya memintanya," ujarnya.

Baca juga: Taliban Berjanji Perempuan Bakal Kembali ke Sekolah Secepatnya

Sejak keadaan menjadi semakin buruk setelah Taliban merebut kekuasaan, Ayesha mengatakan ia jadi susah tidur.

Ia mengkhawatirkan teman-temannya yang "menghadapi banyak kesulitan dan ancaman" dari kelompok tersebut.

"Mereka tidak bisa pergi ke mana-mana, bahkan di jalanan depan rumah mereka sendiri. Mereka sangat patah hati, dan hancur," katanya.

"Bukan keputusan yang mudah untuk memberikan wawancara dalam situasi saat ini, tetapi saya ingin berbicara untuk semua teman dan seniman lain yang tinggal di bawah ancaman di Afghanistan," imbuhnya.

Ia ingin mengirim pesan kepada Taliban, bahwa Afghanistan adalah "milik semua orang Afghanistan".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com