Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Taliban Kirim Pesan ke Negara-negara Barat: Kembalilah dengan Uang, Bukan Senjata

Kompas.com - 15/09/2021, 20:43 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

HELMAND, KOMPAS.com- Milisi Taliban yang kini menjadi Gubernur baru di Helmand, Talib Mawlawi, menyampaikan pesan kepada sekutu Barat dengan senapan serbu tergeletak di mejanya.

Talib yang menghabiskan bertahun-tahun sebagai komandan memerangi Inggris di Sangin, bersikeras waktu untuk pertempuran sudah berakhir.

Baca juga: Dua Pemimpin Senior Taliban Hilang dari Pandangan Publik, Diduga Terbunuh atau Terluka Parah

Dia kini memiliki pesan untuk Inggris, dan negara NATO lainnya untuk mengakui Taliban sebagai pemimpin sah Afghanistan dan kemudian kembali, tetapi dengan uang bukan senjata.

“Kami saling berhadapan dalam pertempuran, kami tidak mengenal satu sama lain di waktu normal,” kata Talib Mawlawi, penduduk asli Helmand yang berperang untuk Taliban sejak pertama kali kelompok itu menguasai Afghanistan melansir Guardian pada Selasa (14/9/2021).

“Sekarang Anda dapat memenangkan hati kami dan membuat kami bahagia jika Anda mengakui pemerintah ini.”

Sekarang setelah Taliban menguasai Lashkar Gah, ibu kota Helmand, pertempuran berhenti untuk pertama kalinya dalam dua dekade.

Sebagian besar dari 457 tentara Inggris yang tewas, menjadi korban dalam perang panjang di provinsi ini, saat berjuang untuk menahan Taliban.

Baca juga: China Berperan Penting bagi Pemerintahan Taliban di Afghanistan, Ini Alasannya

Namun, seperti kebanyakan Afghanistan, Helmand berada di ambang kehancuran ekonomi. Dan seperti pejabat Taliban di seluruh negeri, gubernurnya meminta pemerintah asing untuk membantu mengatasi kesenjangan tersebut.

"Semua negara asing itu menyerang dan membunuh wanita dan anak-anak kita dan orang tua kita, dan menghancurkan segalanya. Sekarang komunitas internasional harus membantu kami dengan bantuan kemanusiaan dan fokus pada pengembangan pendidikan, bisnis, dan perdagangan,” katanya.

Dia mengaku tahu bahwa komunitas internasional membantu negara-negara yang mendapat dukungan dari warga sipil mereka.

Dia pun mengeklaim bahwa Taliban telah membawa keamanan, dan mendapat dukungan dari rakyat Afghanistan. Jadi komunitas internasional harus membantu mereka dan mengakui pemerintah Taliban.

Baca juga: Dilanda Isu Perpecahan, Para Pemimpin Taliban Adu Mulut di Istana Kepresidenan Afghanistan

Afghanistan terkini

Seruan luar biasa gamblang itu datang dari seorang pria yang pernah menjadi musuh bebuyutan pasukan Inggris di provinsi tersebut.

Hal itu juga memperlihatkan sejauh mana lanskap telah bergeser sejak penarikan pasukan asing. Kelompok itu sekarang menghadapi tugas memimpin negara yang terkoyak perang.

Guardian melaporkan, gaji pemerintah belum dibayarkan selama beberapa minggu, sejak pemerintahan berganti.

Banyak orang yang bekerja untuk LSM asing telah melarikan diri atau proyek mereka terhenti. Restoran setengah kosong dan bisnis di toko-toko lambat.

Satu pertanyaan besar yang menggantung di atas prospek bantuan asing adalah apakah perempuan akan dapat bekerja dan belajar.

Sebelum Taliban merebut seluruh Afghanistan, tanda-tanda dari beberapa wilayah yang sudah mereka kuasai, seperti Sangin, menunjukkan kondisi yang suram, tanpa pendidikan untuk anak perempuan sama sekali.

Tetapi dengan kepemimpinan yang berubah atau selaras dengan opini internasional, serta menghitung konsekuensi dari menolak semua anak perempuan mendapatkan pendidikan, Taliban telah memerintahkan untuk membuka kembali gerbang di seluruh negeri.

Baca juga: Sebulan Kuasai Afghanistan, Taliban Dihantui Berbagai Masalah

Lashkar Gah tampaknya tidak terkecuali. Dalam satu sekolah yang dikunjungi Guardian tanpa pemberitahuan, gadis-gadis berada di meja sekolah mereka.

Pendidikan tinggi juga akan dibuka kembali untuk perempuan, meskipun dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan dengan aturan berpakaian yang lebih keras.

“Pemerintah merekomendasikan mereka untuk tidak datang sebebas sebelumnya, mereka harus mengenakan burka atau jilbab Arab.”

Yang kurang jelas adalah apakah sekolah menengah akan dibuka kembali untuk anak perempuan, atau apakah perempuan yang bekerja di luar layanan kesehatan dan pendidikan dapat kembali ke pekerjaan mereka.

Mawlawi mengatakan dia akan mengikuti pemerintah pusat dalam masalah ini. “Kementerian masih ada rapat untuk itu, belum selesai; apapun yang mereka umumkan akan kami lakukan.”

Mawlawi menghabiskan sebagian besar dari 20 tahun terakhir berperang untuk menguasai Helmand.

Pada periode itu, Taliban dituduh menargetkan warga sipil, termasuk salah satu jurnalis terkemuka Helmand, Elyas Dayee, yang terbunuh oleh ledakan bom musim gugur lalu.

Baca juga: Taliban Berterima Kasih kepada Negara-negara yang Berjanji Kirim Bantuan ke Afghanistan

Taliban membantah serangan itu, tetapi Mawlawi mengakui bahwa beberapa bulan lalu, sebelum dia pindah ke markas nyaman yang didanai USAid di Lashkar Gah, pertemuan dengan seorang jurnalis Inggris akan berjalan sangat berbeda.

“Saya adalah seorang komandan di Sangin, ketika kami berperang melawan Inggris,” katanya.

“Kami melawan mereka hanya dari jarak dua kilometer, semua orang di distrik itu membantu kami. Mereka tidak tertarik dengan kehadiran Inggris di sana,” klaimnya.

Setelah Sangin jatuh di bawah kendali Taliban, ia melanjutkan untuk berperang di Musa Qala.

Dia menegaskan bahwa sekarang orang dapat membangun kembali dengan damai, orang akan dapat mencari nafkah.

“Sudah ada 20 tahun pertempuran sehingga akan membutuhkan waktu untuk kembali normal.”

Baca juga: Rumor Perpecahan Taliban Menyeruak, Mullah Baradar Diisukan Tewas dalam Baku Tembak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com