Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Pemimpin Masjid Dipenjara 15 Tahun Pasca Tindakan Keras AS Sejak 9/11

Kompas.com - 12/09/2021, 18:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

Pada Juni 2003, militer AS menemukan nama Aref, alamat Albany, dan nomor telepon di buku catatan yang ditulis dalam bahasa Kurdi saat menyerang sebuah kamp musuh di Rawah, Irak. Itu membuat FBI meluncurkan penyelidikan yang menargetkannya.

"FBI awalnya mengeklaim bahwa buku catatan itu menyertakan “komandan” di sebelah nama saya. Tetapi saya menyangkalnya dan ketika seorang hakim meminta pemerintah untuk memberikan halaman buku catatan itu, FBI mengakui bahwa ada kesalahan terjemahan," kata Aref.

“Kata yang dimaksud adalah kak – yang berarti saudara dan digunakan sebagai istilah umum untuk menghormati dalam bahasa Kurdi – dan itu tidak berarti komandan.”

Aref mengatakan pemerintahan Bush memperkuat kasusnya untuk keuntungan politik. Wakil Jaksa Agung James B Comey dalam konferensi pers di Washington DC ketika itu mengumumkan penangkapan Aref sebagai: "Kami mendapat ikan besar."

Baca juga: Kisah Barbara Olson, Penumpang Pesawat Tragedi 9/11 yang Laporkan Pembajakan

Jebakan informan

FBI kata dia, meyakinkan seorang informan yang menghadapi hukuman penjara yang lama dan deportasi karena penipuan, untuk mendekatinya melalui temannya, Mohammed Mosharref Hossain. Dia adalah warga negara AS yang berasal dari Bangladesh dan pemilik toko pizza di Albany.

Informan FBI yang akrab disapa Malik itu diam-diam merekam percakapannya dengan Hossain dan Aref.

Dia menawarkan untuk meminjamkan 50.000 dollar AS (Rp 712 juta) kepada Hossain, dan menyuruhnya mencuci uang dari penjualan rudal yang ditembakkan dari bahu.

Juri di Pengadilan Distrik AS di Albany memutuskan Aref dan Hossain bersalah pada 2006 atas pencucian uang dan mendukung terorisme, dengan hukuman 15 tahun penjara bagi keduanya.

“Saya tidak tahu tentang terorisme atau teroris atau penembakan atau pengeboman. Saya (hanya) tahu berapa pon tepung yang saya gunakan untuk membuat pizza,” kata Hossain kepada hakim setelah dia dijatuhi hukuman.

Baca juga: Dokumen Rahasia Serangan 11 September Ungkap Keterlibatan 15 WN Arab Saudi

'Gitmo Kecil'

Aref menghabiskan hampir dua setengah tahun di sel isolasi dan beberapa tahun di fasilitas keamanan maksimum di Terre Haute, Indiana, yang dijuluki "Little Gitmo".

“Di Terre Haute, saya mengalami penyiksaan psikologis … dan ini bertentangan dengan hukum AS. Karena terlalu jauh, keluarga dan anak-anak saya hampir tidak bisa mengunjungi saya. Bahkan kunjungan keluarga adalah siksaan bagi saya,” kata Aref.

“Aku tidak bisa memeluk atau mencium anak-anak saya. Kami hanya bisa melakukan panggilan telepon di kedua sisi jendela plastik tebal. Mereka menggunakan setiap teknik untuk membuatmu runtuh secara psikologis.”

Kepada Al Jazeera, Aref mengatakan harapannya agar bukti "rahasia" yang digunakan oleh FBI pada akhirnya akan dirilis, sehingga dia dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

“Ketidakadilan yang saya derita di AS menghapus pandangan saya tentang Amerika Serikat sebagai tempat demokrasi dan hak asasi manusia,” katanya.

“Sejak 9/11, AS terus mundur dalam hal mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia … AS menjadi bangkrut secara moral. Saya menjadi korban kebijakan yang salah oleh Bush dan perasaan Islamofobia setelah 11 September.”

Baca juga: FBI Rilis Dokumen Rahasia Serangan 11 September 2001, Ini Isinya...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com