Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Taliban Penggal Kepala Tentara Afghanistan Saat Juru Bicara Bilang: Fokus Bangun Negara Sejahtera

Kompas.com - 12/09/2021, 09:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

KABUL, KOMPAS.com - Milisi Taliban memenggal kepala tentara Afghanistan, kemudian membagikan videonya ke ruang obrolan online.

Video berdurasi 30 detik menunjukkan kelompok milisi Taliban berteriak dengan semangat ketika mereka mengarak kepala seorang pria.

Melansir Daily Mail pada Sabtu (11/9/2021), ada 6 pria memegang senapan dan mencengkram 2 pisau yang berlumuran darah.

Baca juga: 150 Lebih Anggota Taliban Kini Tempati Istana Mewah Mantan Wapres Afghanistan yang Ditinggalkan

Rekaman keji itu muncul ketika seorang juru bicara Taliban mengklaim bahwa mereka tidak kejam, perempuan akan memiliki "hak-hak dasar", dan mengklaim rezim pemerintahan barunya untuk "membangun kesejahteraan negara".

Dalam rekaman video itu diyakini bahwa pria yang dihabisis nyawanya itu adalah tentara Afghanistan, karena dilihat dari warga seragam hijau tua, mirip seperti yang diberikan oleh AS kepada para tentara nasional negara itu.

Pria dengan semangat mengacungkan pisaunya sambil berteriak bangga, diikuti dengan teriakan pujian kepada pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada.

Video berakhir dengan gerombolan pria itu saling bercakap bahwa "dia harus terlihat ditembak".

Baca juga: Pasukan Anti-Taliban di Lembah Panjshir Belum Menyerah

Rekaman pemenggalan itu muncul hanya beberapa hari setelah milisi Taliban mengeksekusi Rohullah Azizi, saudara laki-laki dari salah satu pemimpin pejuang perlawanan Afghanistan.

Pria itu adalah saudara dari Amrullah Saleh, mantan wakil presiden Afghanistan yang menjadi salah satu pemimpin pasukan oposisi anti-Taliban di lembah Panjshir.

Video pasukan Taliban di lapangan itu kontras dengan pernyataan juru bicara Taliban Suhail Shaheen kepada BBC pada Sabtu (11/9/2021), bahwa mereka telah berubah secara signifikan lebih baik, bukan lagi kelompok yang haus darah.

"Kami adalah rakyat Afghanistan," kata Shaheen.

"Banyak dari kami melakukan perlawanan, melawan Uni Soviet saat itu, lalu sekarang pendudukan 20 tahun oleh AS dan sekutu," ujarnya.

Baca juga: Sejak Taliban Berkuasa, Jemaah yang Shalat di Masjid Makin Banyak

"Sekarang, kami fokus mengangkat kehidupan rakyat kami, membangun Afghanistan, menciptakan lapangan kerja bagi rakyat kami, membangun kesejahteraan negara," lanjutnya.

"Jika saya membandingkannya dengan masa lalu, (saat itu) kami memiliki perang domestik, pertempuran. Tapi sekarang, kami lebih fokus pada kegiatan ekonomi kami, pada penciptaan lapangan kerja, perluasan pendidikan, kebutuhan lain dari masyarakat," ungkapnya.

Menanggapi pertanyaan soal aksi kekerasan Taliban yang beredar, Shaheen berkata, "Kekerasan bukan kebijakan resmi. Jika ada yang ingin berdemonstrasi, mereka harus mendapatkan izin dari menteri dalam negeri dan menyatakan demonstrasi akan berlangsung."

Dia menambahkan bahwa mereka yang ingin mengorganisir protes harus mendapatkan izin resmi dari kementerian dalam negeri.

"Tanpa kebebasan berbicara, kita masuk ke dalam kediktatoran yang bertentangan dengan aturan Islam," katanya.

Baca juga: Takut Kawin Paksa oleh Taliban, Banyak Keluarga Tinggalkan Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com