Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Tunisia Perpanjang Kondisi Darurat Tanpa Batas, Oposisi Serukan Kekhawatiran

Kompas.com - 26/08/2021, 10:17 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

TUNIS, KOMPAS.com - Partai terbesar di parlemen Tunisia menyuarakan keprihatinan atas apa yang disebutnya ambiguitas seputar masa depan negara itu, setelah presiden memperpanjang tindakan darurat tanpa batas yang pertama kali diumumkan sebulan lalu.

Partai moderat Ennahda Islamis, awalnya menyebut perebutan kekuasaan pemerintahan dan pembekuan parlemen oleh Presiden Tunisia Kais Saied sebagai kudeta, namun baru-baru ini hanya menggambarkan tindakan itu sebagai pelanggaran konstitusional.

Baca juga: Militer Tunisia Nyatakan Dukungan atas Pengambilalihan Kekuasaan oleh Presiden Kais Saied

Sebulan setelah intervensi Saied, dia belum menunjuk perdana menteri atau pemerintah baru atau mengumumkan apa yang dia rencanakan selanjutnya.

Sementara itu, berkembang spekulasi luas bahwa dia berencana menggambar ulang konstitusi demokratis 2014.

Senin malam (23/8/2021), kantor kepresidenan Tunisia mengatakan Saied memperpanjang tindakan tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Kemudian menambahkan, dia akan memberikan pidato dalam beberapa hari mendatang.

Krisis konstitusional Tunisia meletus ketika negara Afrika Utara itu berjuang menghadapi kondisi ekonomi yang mengerikan. Ancaman yang menjulang terhadap keuangan publik, satu dekade setelah revolusi 2011 yang memperkenalkan demokrasi di negara itu.

Amerika Serikat (AS) dan Perancis, serta partai politik Tunisia dan serikat buruh yang kuat, telah mendesak Saied untuk segera menunjuk pemerintah dan membuat sketsa rencana untuk masa depan negaranya.

Namun intervensinya tampaknya mendapat dukungan rakyat Tunisia secara luas.

Baca juga: Presiden Tunisia Janji Dirinya Takkan Jadi Diktator setelah Tangkap Anggota Parlemen

Selama sebulan terakhir, Saied menggantikan pejabat senior di pemerintah pusat dan daerah, badan keamanan dan badan lainnya.

Pada Selasa (24/82021), selama pertemuan dengan menteri perdagangan yang diunggah sebagai video oleh kantor kepresidenan, dia membenarkan memperluas tindakannya dengan menyerang parlemen.

"Lembaga-lembaga politik yang ada dan cara mereka beroperasi adalah bahaya bagi negara... Parlemen sendiri adalah bahaya bagi negara," katanya melansir Reuters.

Pemimpin Partai Ennahda, Rached Ghannouchi, adalah ketua parlemen. Partai itu telah memainkan peran dalam pemerintahan berturut-turut sejak revolusi.

Ketika dia mengumumkan intervensinya pada 25 Juli, Saied mencabut kekebalan anggota parlemen.

Beberapa dari mereka, dari pihak yang mendukung dan menentangnya, telah ditahan atau menjadi tahanan rumah dengan berbagai tuduhan.

Ennahda menyerukan dalam pernyataannya untuk mengakhiri apa yang disebutnya "penyalahgunaan dan pelanggaran hak konstitusional" warga negara, melalui penahanan dan pembatasan perjalanan.

Baca juga: Kudeta Tunisia: Kepala Stasiun TV Nasional Dipecat karena Larang Aktivis Tampil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com