TUNIS, KOMPAS.com - Presiden Tunisia menyatakan, dia tidak akan menjadi diktator, setelah menangkap dua anggota parlemen.
Negara di Afrika Utara itu berada dalam krisis politik sejak manuver yang dilakukan Presiden Kais Saied akhir pekan lalu.
Dia memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi dan membekukan parlemen selama 30 hari, sehingga dia dituding melakukan kudeta.
Baca juga: Kudeta Tunisia: Kepala Stasiun TV Nasional Dipecat karena Larang Aktivis Tampil
Saied mengatakan, dia harus menjamin rakyat dengan melalui pemerintahan baru demi mengakhiri situasi sulit.
"Saya tahu konstitusinya. Saya menghormatinya dan tidak akan menjadi diktator seperti yang mereka katakan," tegas Saied.
Meski begitu, pada Jumat (30/7/2021) dia menahan anggota parlemen sekaligus blogger berpengaruh, Yassin Ayari.
Selain itu, pemerintahannya juga mengumumkan penyelidikan dugaan kekerasan saat demonstrasi menentang Saied pada Senin (26/7/2021).
Pengadilan militer menyatakan, Ayari ditahan berdasarkan perintah penangkapan tiga tahun lalu karena dianggap menghina angkatan darat.
Saied sendiri akhir pekan yang lalu memutuskan mencabut kekebalan anggota parlemen, membuat mereka rentan terhadap kasus pidana.
Baca juga: Setelah Dituding Lakukan Kudeta, Ini Rencana Presiden Tunisia
Selain Ayari, otoritas juga menahan politisi asal partai konservatif Islam Karama, Maher Zid pada Jumat malam waktu setempat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.