Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tunisia Memanas, Presiden Pecat Perdana Menteri dan Bekukan Parlemen

Kompas.com - 26/07/2021, 07:12 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

TUNIS, KOMPAS.com – Presiden Tunisia Kais Saied membubarkan pemerintah yang dipimpin perdana menteri dan membekukan parlemen pada Minggu (25/7/2021).

Setelah memecat perdana menteri, Saied menuturkan bahwa dia akan mengambil alih kekuasaan eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru.

Insiden tersebut merupakan tantangan terbaru bagi konstitusi demokratis yang membagi kekuasaan antara presiden, perdana menteri, dan parlemen di Tunisia sejak 2014 sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Ekstremis Wanita Meledakkan Diri Bersama Bayinya di Hadapan Pasukan Tunisia

Massa dengan cepat membanjiri jalanan ibu kota Tunisia, Tunis, dengan berteriak dan membunyikan klakson mobil dalam adegan yang mengingatkan revolusi Tunisia pada 2011 ketika gelombang Arab Spring menyapu Timur Tengah.

Protes tersebut diserukan oleh para aktivis media sosial tetapi tidak didukung oleh satu pun partai politik besar di Tunisia.

Selain membanjiri jalanan, massa juga meluapkan kemarahan mereka pada partai Islam moderat yang terbesar di parlemen, Ennahda.

Namun, masih belum jelas sebesar dukungan yang didapatkan Saied dalam melawan pemerintah yang rapuh dan parlemen yang terpecah.

Saied memperingatkan agar langkah pemecatan perdana menteri dan pembekuan parlemen tersebut tidak dilawan dengan kekerasan dalam bentuk apa pun.

Baca juga: Kelompok ISIS Bunuh dan Penggal 4 Tentara Tunisia

"Saya memperingatkan siapa pun yang berpikir untuk menggunakan senjata, dan siapa pun yang menembakkan peluru, angkatan bersenjata akan merespons dengan peluru," kata Saied.

Sebelum Saied membuat langkah terbaru tersebut, Tunisia diguncang aksi demonstrasi yang memprotes korupsi, penurunan pelayanan negara, dan meningkatnya pengangguran.

Ennahda merupakan partai terlarang sebelum revolusi Tunisia. Setelah 2011, Ennahda menjadi partai yang paling sukses di parlemen.

Pemimpin Ennahda Rached Ghannouchi, yang juga ketua parlemen Tunisia, menyebut keputusan Saied tersebut sebagai kudeta terhadap revolusi dan konstitusi.

"Kami menganggap institusi masih berdiri, dan pendukung Ennahda serta rakyat Tunisia akan membela revolusi," ujar Ghannouchi.

Baca juga: Buka Amplop yang Diduga Beracun, Kepala Staf Presiden Tunisia Dilarikan ke Rumah Sakit

Perselisihan

Si sisi lain, Saied menyatakan bahwa tindakannya tersebut sejalan dengan Pasal 80 konstitusi. Dia juga mengutip pasal untuk menangguhkan kekebalan anggota parlemen.

"Banyak orang tertipu dengan kemunafikan, pengkhianatan, dan perampokan hak-hak rakyat," kata Saied.

Halaman:

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com