Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Varian Delta, Strategi Covid-19 Selandia Baru Harus Diubah

Kompas.com - 23/08/2021, 07:54 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

WELLINGTON, KOMPAS.com - Selandia Baru mengatakan, keberadaan varian Delta membuat strategi penanganan mereka harus mengalami perubahan.

Menteri Respons Virus Corona Chris Hipkins berujar, varian itu membuat upaya perlindungan mereka seolah kurang memadai.

Ucapan Hipkins muncul setelah pada Minggu (22/8/2021), "Negeri Kiwi" melaporkan adanya 21 penularan harian baru.

Baca juga: Karena Covid-19 Varian Delta, Lockdown Selandia Baru Diperpanjang

Dilansir BBC, selama ini Selandia Baru menangani corona penerapan karantina wilayah yang cepat dan ketat.

Perdana Menteri Jacinda Ardern selalu menyebut mereka adalah "tim berisikan lima juta jiwa", dan dipuji karena bisa menangkal penyebaran virus.

Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, total terdapat 3.016 kasus Covid-19 dengan 26 di antaranya meninggal.

Tetapi baru-baru ini, pemerintah kembali menerapkan lockdown buntut satu kasus varian Delta yang ditemukan di Auckland.

Kini terdapat 72 kasus aktif Delta, dengan tujuh sekolah melaporkan adanya transmisi di antara murid-muridnya.

Bahkan, pemerintah "Negeri Kiwi" juga mengumumkan adanya enam kasus yang mereka temukan di ibu kota, Wellington.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Selandia Baru Sebut Asalnya dari Australia

Pemerintah kini menyatakan mereka berencana memperpanjang lockdown di Auckland, yang bakal berakhir Selasa (24/8/2021).

Berbicara kepada awak media, Hipkins menerangkan strategi "nol kasus" corona masih menjadi target utama pemerintah.

"Kenyataan bahwa virus bisa menular 24 jam di seseorang benar-benar mengubah permainan," kata Hipkins dalam sesi tanya jawab.

Dia menjelaskan keberadaan varian yang pertama terdeteksi di India tersebut membuat penanganan mereka dipandang kurang memadai.

Hipkins mengakui dengan cepatnya penyebaran, pemerintahan Ardern harus kembali ke meja dan mendiskusikan rencana baru.

Baca juga: 1 Kasus Varian Delta Muncul, Selandia Baru Lockdown Nasional 3 Hari

"Pada satu titik, sepertinya kami harus memulai dengan opsi penanganan lain di masa depan," papar Hipkins.

Menurut data kementerian kesehatan, hingga Kamis (19/8/2021) terdapat 960.000 orang yang divaksin penuh, dengan 1,7 juta telah mendapat dosis pertama.

Namun, kritik berkembang karena negara tetangga Australia tersebut dianggap lambat melakukan vaksinasi.

Karena itu, PM Ardern menyatakan dia akan menutup perbatasan sampai akhir tahun, dengan fokus utama adalah mempercepat vaksinasi.

Setelah gol tercapai, negara akan beralih ke model baru berbasis risiko untuk perjalanan yang bebas karantina.

Baca juga: Selandia Baru Identifikasi Kasus Covid-19 Pertama dalam 6 Bulan Terkait dengan Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com