MADRID, KOMPAS.com - Spanyol menjadi negara tercepat dalam vaksinasi Covid-19 di Eropa.
Faktor utamanya termasuk kepercayaan yang mendalam pada sistem kesehatan masyarakat, dan eratnya ikatan keluarga untuk mendorong orang-orang mau divaksin demi melindungi kerabat.
Hingga Kamis (12/8/2021), lebih dari 61 persen populasi Spanyol yang berjumlah 47 juta telah divaksinasi dosis penuh.
Baca juga: Vaksin Terbukti Memperlambat Penyebaran Covid-19 di Spanyol
"Negeri Matador" mengungguli Italia (57,8 persen), Perancis (56 persen), dan Jerman (55,2 persen).
Sementara di Amerika Serikat (AS) yang sudah divaksin penuh adalah 50,3 persen populasi.
Salah satu pilar keberhasilan upaya vaksinasi Covid-19 Spanyol adalah kepercayaan pada sistem kesehatan, ujar Josep Lobera, profesor sosiologi di Autonomous University of Madrid, kepada AFP.
Itu artinya hanya ada sedikit keraguan terhadap vaksin.
"Kami memiliki keuntungan sehubungan dengan negara lain, karena kepercayaan pada vaksin secara umum, terutama vaksin anak-anak, secara tradisional lebih tinggi daripada di negara-negara Eropa lainnya," kata Lobera, yang duduk di komite strategi vaksin pemerintah.
Studi oleh Imperial College London yang diterbitkan pada Juni menemukan, 79 persen orang di Spanyol mempercayai vaksin Covid-19, dibandingkan dengan 62 persen di AS, 56 persen di Perancis, dan 47 persen di Jepang.
Tidak ada protes besar terhadap kewajiban vaksinasi di Spanyol, tak seperti Perancis dan Italia saat mewajibkan tenaga kesehatan (nakes) disuntik vaksin corona, dan kartu kesehatan yang menjadi akses ke berbagai kegiatan seperti makan di dalam ruangan (dine in).
Spanyol tidak perlu mewajibkan vaksinasi bagi guru atau pekerja esensial lainnya, karena "hampir semua orang melakukan vaksinasi secara sukarela", ungkap Menteri Pendidikan Spanyol, Pilar Alegria, kepada radio berita Cadena Ser pada Senin (9/8/2021).
Baca juga: Perawat Jerman Diduga Tukar Vaksin Covid-19 dengan Larutan Garam, 8.600 Orang Jadi Korban
Salah satu yang menunggu adalah Ines Gomez Calvo, desainer grafis berusia 28 tahun. Dia mempercayai sistem kesehatan masyarakat Spanyol "100 persen, 200 persen", katanya.
Didirikan setelah Spanyol kembali ke demokrasi usai kematian diktator Francisco Franco pada 1975, sistem perawatan kesehatan masyarakat negara itu menawarkan cakupan universal gratis sebagai hak yang dijamin secara konstitusional.
Hasilnya, kebanyakan orang Spanyol mengasosiasikannya dengan modernitas, kata Lobera.