Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja 14 Tahun Meninggal Setelah Melahirkan Bayi, Publik Murka

Kompas.com - 08/08/2021, 17:02 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

HARARE, KOMPAS.com – Seorang remaja di Zimbabwe meninggal setelah melahirkan di salah satu gereja Johanne Marange.

Tragedi tersebut memicu kemarahan di antara warga dan aktivis hak asasi manusia yang mengecam pernikahan anak di bawah umur.

Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan mengutuk pernikahan di bawah umur di Zimbabwe setelah kematian remaja putri tersebut.

Baca juga: Jumlah Warga Zimbabwe yang Mau Divaksin Covid-19 Meningkat, Khawatir Varian Delta

Kasus itu secara langsung juga menguak praktik pernikahan anak di bawah umur di dalam beberapa gereja di Zimbabwe yang menganut sekte tertentu.

Melansir Reuters, Sabtu (8/8/2021), pemerintah Zimbabwe sepertinya sengaja menutup mata terhadap praktik pernikahan di bawah umur.

Zimbabwe sendiri memiliki dua perangkat hukum pernikahan yakni Undang-Undang Perkawinan dan Undang-Undang Perkawinan Adat.

Dalam Undang-Undang Perkawinan, tidak ada batasan usia minimun untuk menikah. Sedangkan hukum adat memperbolehkan poligami.

Baca juga: Ketahuan Ajak Anak Buah Bercinta di Kantor, Wapres Zimbabwe Jadi Viral

Kini, RUU pernikahan baru yang melarang pernikahan siapa pun di bawah 18 tahun sedang diperdebatkan di parlemen Zimbabwe.

Sementara itu, PBB menyatakan keprihatinannya sekaligus mengutuk keras keadaan yang membuat remaja putri berusia 14 tahun tersebut harus meregang nyawa.

“Laporan-laporan yang meresahkan tentang pelanggaran seksual terhadap gadis-gadis di bawah umur, termasuk kawin paksa terhadap anak, terus muncul ke permukaan,” kata PBB dalam pernyataannya.

PBB menambahkan, satu dari tiga anak perempuan di Zimbabwe kemungkinan akan menikah sebelum menginjak usia 18 tahun.

Baca juga: Jenderal yang Terkenal karena Umumkan Kudeta di Zimbabwe Meninggal karena Covid-19

Polisi dan komisi gender negara bagian menyatakan, mereka sedang menyelidiki keadaan yang menyebabkan kematian remaja putri tersebut.

Media lokal telah melaporkan bahwa gadis itu meninggal bulan lalu tetapi kasus itu baru terungkap pekan lalu.

Kasus tersebut akhirnya terkuak setelah salah satu kerabat remaja putri itu marah karena dilarang oleh keamanan gereja menghadiri pemakaman remaja putri tersebut.

Kerabat tersebut akhirnya menumpahkan ceritanya kepada pers milik negara. Setelah kasus itu terkuak, warga Zimbabwe turun ke media sosial untuk mengekspresikan kemarahan mereka.

Baca juga: Inggris Tawarkan Bantuan Vaksin Covid-19 untuk 3 Juta Warga Zimbabwe

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Putin Usul Gantikan Menhan Sergei Shoigu dengan Ekonom Sipil

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com