Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Waspada Tinggi, Varian Delta Menyebar ke 5 Provinsi

Kompas.com - 31/07/2021, 12:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber NBC News

BEIJING, KOMPAS.com - Bagi sebagian besar negara, lonjakan kasus Covid-19 China bukan sekedar kesalahan pada grafik pencatat. Pasalnya negara ini sebelumnya telah menghancurkan lonjakan Covid-19 dengan penguncian, karantina, dan kontrol yang diberlakukan secara ketat pada perjalanan internasional.

Setelah wabah Covid-19 pertama, yang pertama kali tercatat di Wuhan pada Desember 2019, gejolak kasus di China relatif kecil menurut standar internasional dan dalam konteks populasi 1,4 miliar penduduk.

Baca juga: Cara Sukses China Tangani Varian Delta, Bisakah Indonesia Tiru?

Tetapi 184 infeksi yang terdeteksi di kota Nanjing dalam 10 hari terakhir akan menguji apakah pendekatan toleransi nol negara itu, yang dengan cepat menangani wabah sebelumnya, dapat mengandung varian delta yang sangat menular.

Wabah itu diyakini telah dimulai di Nanjing, sebuah kota berpenduduk lebih dari 9 juta orang, sekitar 150 mil sebelah barat Shanghai.

Pada 20 Juli, sembilan petugas kebersihan di Bandara Internasional Nanjing Lukou dinyatakan positif Covid-19 setelah membersihkan pesawat yang tiba dari Rusia, menurut media yang dikelola pemerintah.

Infeksi kini telah dicatat di lima provinsi berbeda termasuk Beijing. Otoritas kesehatan setempat telah mengidentifikasi kasus itu sebagai varian delta.

Pejabat di Nanjing sekarang dalam "siaga tinggi" dan berencana menguji semua penduduk kota. Sebanyak 1,9 juta orang telah diuji dalam satu hari, kantor berita Xinhua melaporkan Kamis (29/7/2021).

Baca juga: Lagu Kebangsaan China Dihina di Hong Kong, Polisi Segera Lakukan Penyelidikan

Amerika Serikat (AS) memiliki 202,4 infeksi untuk setiap satu juta orang Kamis (29/7/2021), menurut Universitas Johns Hopkins. Sementara tingkat infeksi China 0,04.

Namun kasus harian di China sekarang berada pada level tertinggi sejak Januari. Puluhan juta orang dikurung ketika pihak berwenang berjuang untuk menekan kasus yang berpusat di sekitar provinsi Hebei.

Melansir NBC News pada Jumat (30/7/2021), wabah saat ini mendorong teguran keras dari Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin, cabang disiplin senior Partai Komunis China.

Dikatakan bandara Nanjing tidak memisahkan petugas kebersihan untuk penerbangan internasional dan domestik. Manajemen bandara juga dikritik dan dinilai menerapkan pendekatan yang longgar untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Wabah terbaru terjadi di kota-kota kecil. Tapi Nanjing adalah pusat populasi utama, di antara sepuluh kota teratas di negara itu yang memiliki signifikansi di sektor-sektor seperti sains dan pendidikan.

Peningkatan kasus juga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas vaksin Covid-19 China, yang dibuat oleh perusahaan milik negara Sinopharm dan perusahaan swasta Sinovac.

Negara-negara lain yang telah menggunakan vaksin China ini telah mengalami gelombang infeksi Covid-19. Lebih dari 30 tenaga kesehatan Indonesia meninggal meski menerima dua dosis Sinovac.

Sementara Chili kembali menerapkan pembatasan setelah gelombang varian delta mengoyak populasinya. Padahal 70 persen di antaranya telah divaksinasi penuh, sebagian besar dengan Sinovac.

Baca juga: Covid-19 di China: Penularan di Nanjing Paling Luas Setelah Wuhan

Beberapa ahli mengatakan faktor-faktor lain mungkin berperan, termasuk orang-orang yang mencampur terlalu cepat setelah dosis pertama mereka di Chili. Yang lain percaya bahwa vaksin China menunjukkan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah.

Dan mungkin, meskipun jarang, orang tertular Covid-19 dan menjadi sakit parah setelah dua dosis vaksin apa pun.

China belum merilis hasil uji klinis atau data dunia nyata yang diperlukan untuk menilai efektivitas vaksin terhadap varian yang berbeda. Hal ini membuat analisis peninjauan awal menjadi sulit.

Baik Sinopharm dan Sinovac mengatakan dosis vaksin mereka memberikan perlindungan yang cukup terhadap delta. Orang-orang di China yang telah divaksinasi penuh sebagian besar mengalami gejala ringan selama panen infeksi saat ini, menurut media pemerintah.

Sementara negara lain di dunia yang lelah menghadapi pandemi telah menyaksikan kehidupan tampak kembali normal bagi banyak orang China. Gambar pesta dan taman hiburan yang ramai sangat kontras dengan penguncian di Barat.

Negara dan pemerintahan China sekarang berharap wabah saat ini tidak mengembalikan waktu ke hari-hari gelap awal 2020.

Baca juga: China-Rusia Gelar Latihan Militer Skala Besar, 10.000 Tentara Terlibat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com