Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar AS Sebut Varian Delta Penyebab Lonjakan Covid-19 di Seluruh Dunia

Kompas.com - 31/07/2021, 11:39 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan kepada New York Times pada Jumat (30/7/2021) bahwa varian Delta Covid-19 sebagai penyebab ledakan pandemi Covid-19 di AS dan di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa varian Delta memungkinkan untuk menembus perlindungan dari vaksin Covid-19.

Keputusan CDC untuk menghimbau kembali penggunaan masker penuh pada Selasa (27/7/2021) didasarkan pada dokumen laporan ini.

Baca juga: Covid-19 di China: Penularan di Nanjing Paling Luas Setelah Wuhan

Badan tersebut sebelumnya mengatakan bahwa yang divaksinasi tidak perlu memakai masker di dalam ruangan.

Meski varian Delta disebut dalam laporan dapat menembus perlindungan vaksin, tetap saja vaksin sangat efektif dalam mencegah penyakit Covid-19 serius, mengurangi tingkat rawat inap, dan kematian, menurut para ahli.

Varian Delta, yang pertama kali dilaporkan di India, lebih mudah menular dari pada virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman, dan cacar.

CDC kemudian mengatakan bahwa dunia perlu segera "mengetahui bahwa perang telah berubah", seperti yang dilansir Kompas.com dari Al Jazeera pada Jumat (30/7/2021).

Baca juga: Covid-19 Varian Delta Timbulkan Lonjakan Kasus di 3 Provinsi China

Direktur CDC Rochelle Walensky mengatakan kepada New York Times bahwa penelitian baru menunjukkan orang yang divaksin Covid-19 terinfeksi varian Delta, membawa sejumlah besar virus di hidung dan tenggorokan.

Sementara itu, sebuah studi CDC baru yang diterbitkan pada Jumat (30/7/2021) menunjukkan bahwa tiga perempat orang yang terinfeksi Covid-19 di acara-acara publik di daerah Massachusetts telah divaksinasi sepenuhnya, menunjukkan varian Delta dari virus tersebut sangat menular.

Studi ini mengidentifikasi 469 orang dengan Covid-19, 74 persen di antaranya telah vaksinasi penuh.

Pengujian mengidentifikasi varian Delta pada 90 persen spesimen virus dari 133 orang.

Baca juga: Biden Siapkan Insentif Vaksin Covid-19 Rp 1,4 Juta untuk Warganya

Viral load yang tinggi menunjukkan peningkatan risiko penularan lebih tinggi dan menimbulkan kekhawatiran. Viral load adalah merujuk pada banyaknya jumlah virus di dalam darah seseorang.

Tidak seperti varian lain, dalam kasus ini orang yang divaksinasi yang terinfeksi varian Delta dapat menularkan virus Covid-19.

Temuan laporan itu “mengkhawatirkan dan merupakan penemuan penting yang mengarah pada rekomendasi masker terbaru dari CDC”, kata Walensky dalam sebuah pernyataan.

Para pejabat telah memperingatkan meningkatnya infeksi Covid-19 di AS, terutama di antara sekitar setengah dari populasi yang belum vaksin.

Baca juga: Bangladesh Dilanda Lonjakan Kasus Demam Berdarah di Tengah Krisis Covid-19

Keragu-raguan terhadap vaksin Covid-19 didorong oleh informasi yang salah, sehingga menggagalkan harapan pemerintah untuk mengendalikan virus dalam beberapa bulan setelah vaksin disetujui untuk penggunaan darurat.

Washington telah menggunakan beragam metode untuk mendorong warga yang belum juga vaksin, seperti mengharuskan karyawan federal untuk vaksin atau tunduk pada pengujian wajib dan pembatasan lainnya.

Pada Kamis (29/7/2021), Presiden AS Joe Biden meminta pemerintah negara bagian dan lokal untuk menawarkan pembayaran 100 dollar AS (sekitar Rp 1,4 juta) untuk orang Amerika yang baru divaksinasi.

Uang insentif vaksin itu dari 350 miliar dollar AS (sekitar Rp 5 kuadriliun) dana bantuan yang diberikan berdasarkan Undang-Undang Rencana Penyelamatan Amerika.

Baca juga: Cerita Diaspora Indonesia Selama Lockdown Gelombang Ketiga Covid-19 di Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com