Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Myanmar dalam Krisis Covid-19 Saat Para Dokter Bersembunyi Ketakutan Diburu Junta Militer

Kompas.com - 23/07/2021, 08:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

"Ada 240 kasus serangan yang terdokumentasi terhadap fasilitas dan para profesional perawatan kesehatan. Hingga pekan lalu, lebih dari 500 surat perintah penangkapan yang beredar untuk dokter dan perawat," kata Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar.

"Anda tidak dapat melawan Covid-19 dan menyerang dokter, perawat, serta klinik pada saat bersamaan. Itu pasti yang membuat situasi buruk menjadi lebih buruk secara eksponensial di Myanmar," tandas Andrews.

Kondisi kudeta dan kekerasan junta militer tersebut kemudian mendesak para dokter bersembunyi untuk menghindari penangkapan.

Mereka kemudian mendirikan jaringan klinik bawah tanah dan layanan telekonsultasi.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Sudah Divaksin di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19 Myanmar

Setiap hari mereka menjawab ratusan permintaan dari pasien yang sakit melalui aplikasi, media sosial, dan platform video, yang berusaha mereka layani.

"Kami merawat setidaknya 150 orang per hari. Lebih dari separuh pasien itu mengeluhkan demam, anosmia, gejala mirip Covid-19," kata dokter yang enggan menyebutkan namanya itu.

"Setengah dari pasien adalah kasus yang parah," ucapnya.

Dokter, yang adalah seorang ahli bedah ortopedi sebelum kudeta, mengatakan, kelompok telekonsultasinya EZ Care merawat lebih dari 1.000 pasien dalam sebulan terakhir.

“Kemarin dua pasien meninggal saat kami melakukan konsultasi karena kekurangan oksigen,” ujar dokter pria itu.

"Tanpa oksigen kita tidak bisa berbuat apa-apa," terangnya.

Dokter muda wanita di Yangon mengatakan, ada enam dari pasiennya tewas dalam satu hari pada pekan lalu, yang termuda berusia 49 tahun.

Dia mengunjungi pasien yang sangat sakit di rumah, tetapi merasa tidak berdaya dalam menghadapi krisis yang berkembang.

"Saya melihat pasien di rumah dan sangat memilukan melihatnya kesulitan bernapas. Dia seperti tenggelam dalam air. Dia tidak mendapatkan oksigen di paru-paru dan darahnya. Setelah kunjungan, saya mendapatkan panggilan telpon dari keluarganya dan mereka mengatakan di telah tiada," terangnya.

Baca juga: Dihantui Lonjakan Kasus Covid-19 dari Pengungsi Myanmar, China Perketat Perbatasan

Dokter muda, yang juga tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan itu, mengatakan bahwa orang-orang dalam keadaan panik.

"Ada kekurangan obat dan kekurangan perawatan yang tepat, orang sangat panik karena tidak tahu harus ke mana atau bagaimana berobat, jadi mereka hanya membeli setiap obat yang tertulis di online, 'Ini untuk Covid'," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com