Laporan itu mengatakan banyak nomor dalam daftar itu berasal daro 10 negara seperti Azerbaijan, Bahrain, Hongaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Investigasi yang dilakukan media-media tersebut juga menemukan, dinas keamanan Maroko menggunakan spyware untuk menargetkan sekitar 30 jurnalis dan eksekutif media Perancis.
Pegasus dilaporkan merupakan spyware yang sangat invasif yang dapat mengaktifkan kamera ponsel dan mikrofon target.
Tak hanya itu, spyware tersebut juga dapat serta mengakses data pada ponsel pintar dan secara efektif mengubah ponsel menjadi “mata-mata saku”.
Baca juga: Tak Lolos Penyaringan Latar Belakang, Jurnalis Jerman Dilarang Liput Euro 2020 di Rusia
NSO Group membantah laporan tersebut dan menyebut laporan investigasi itu sebagai asumsi yang salah.
Perusahaan tersebut bahkan mengancam akan mengancam lewat jalur hukum dengan gugatan pencemaran nama baik.
"Kami dengan tegas menyangkal tuduhan palsu yang dibuat dalam laporan mereka," kata NSO Group.
Baca juga: Israel Tangkap Aktivis Palestina dan Jurnalis di Lahan Sengketa Yerusalem
"Kami ingin menekankan bahwa NSO menjual teknologinya semata-mata kepada penegak hukum dan badan intelijen dari pemerintah dengan tujuan tunggal untuk menyelamatkan nyawa melalui pencegahan kejahatan dan aksi teror," sambung perusahaan itu.
Sebelumnya, Citizen Lab juga melaporkan pada Desember 2020 bahwa ponsel pintar milik sekitar tiga lusin jurnalis Al Jazeera ditargetkan oleh Pegasus.
Didirikan pada 2010 Shalev Hulio dan Omri Lavie, NSO Group berbasis di kawasan pusat teknologi Israel di Herzliya, dekat Tel Aviv.
Baca juga: Tampil Lagi di TV Akui Kesalahan, Ayah Jurnalis Oposisi Belarus Makin Yakin Ada Penganiayaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.