Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Ebrahim Raisi, Kandidat Unggul Presiden Iran dan Algojo Massal 1988

Kompas.com - 19/06/2021, 20:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Raisi adalah seorang hakim di pengadilan revolusioner Teheran, yang sedang menjalani pembersihan lawan-lawan Republik Islam, yang mengambil alih kekuasaan dalam revolusi 1979 di negara itu.

Bagi banyak orang Iran, Raisi dikaitkan dengan serangkaian pengadilan dan eksekusi politik berdarah pada 1988 di sekitar akhir perang Iran-Irak.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan Raisi terlibat dalam kematian ribuan orang. Bagi beberapa pemilih konservatif, sejarah ini menambah pengaruh politiknya.

Baca juga: Ulama Garis Keras Ebrahim Raisi Makin Dekat Jadi Presiden Iran

Algojo massal 1988

Tahanan politik Iran yang diinterogasi, disiksa dan dihukum mati oleh Ebrahim Raisi telah menceritakan pengalaman mengerikan mereka, ketika Iran bersiap untuk menjadikannya presiden negara berikutnya.

Farideh Goudarzi, yang dipenjara karena menjadi bagian dari kelompok politik terlarang, mengatakan Raisi menyaksikan penjaga menjatuhkan bayinya ke lantai.

Itu dilakukan sebagai bagian dari satu interogasi brutal, setelah Goudarzi disiksa saat hamil dan dipaksa melahirkan di penjara.

Mahmoud Royaee, tahanan politik lainnya mengatakan Raisi pernah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang narapidana yang berada di tengah serangan epilepsi.

Kematian pria itu hanyalah salah satu dari banyak yang terjadi dalam lima bulan berdarah di musim panas 1988.

Sementara jumlah pasti orang mati tidak diketahui, diperkirakan bahwa setidaknya beberapa ribu dan mungkin lebih dari 30.000 orang dihukum mati, digantung oleh derek konstruksi dalam 10 kelompok.

Raisi dikenal sebagai "algojo" atas eksekusi tersebut karena keterlibatannya dalam "Komisi Kematian 1988."

Baik Goudarzi dan Royaee mengatakan penunjukan Raisi dimaksudkan untuk mengirim pesan ke penduduk Iran.

Yakni bahwa perbedaan pendapat tidak akan lagi ditoleransi, menyusul serangkaian protes besar dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Pemilu Iran: Pemungutan Suara Selesai, Ini Para Capresnya

Ketika sanksi lama dan baru dari AS menghantam Iran, perdagangan mengering dan perusahaan asing angkat kaki.

Kelesuan ekonomi yang mendalam yang telah memicu peningkatan inflasi, kehilangan pekerjaan, dan krisis yang diperdalam oleh pandemi Covid-19.

Ekonomi yang menukik tajam dan harga yang melonjak memicu serangan berulang dari kerusuhan sosial, yang dipadamkan oleh pasukan keamanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com