Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Ebrahim Raisi, Kandidat Unggul Presiden Iran dan Algojo Massal 1988

Kompas.com - 19/06/2021, 20:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

“Raisi dibawa ke tampuk kekuasaan untuk membantai orang-orang ini,” kata Goudarzi melansir Daily Mail. Menurut pendapat saya Raisi adalah pembunuh anak-anak Iran, dia adalah seorang kriminal.

“Jadi pesan untuk orang-orang di negara saya adalah penahanan, penyiksaan, dan eksekusi. Pesan untuk seluruh dunia adalah penyebaran dan ekspor terorisme. Tidak ada pesan lain.”

Sementara itu Royaee berkata: “Dia (Raisi) tidak memiliki rasa kemanusiaan, dia sangat kejam terhadap para tahanan. Kebencian yang dipenuhinya terhadap para tahanan - saya telah melihat sangat sedikit orang seperti itu.”

"Ini tidak dapat ditoleransi bagi saya, bagi keluarga para korban dan bagi bangsa Iran untuk membayangkan orang seperti itu menjadi presiden. Tempatnya di pengadilan, di kursi terdakwa."

Baca juga: Iran Semakin Mendekati Batas Minimal Bahan untuk Membuat Nuklir

“Disiapkan” sebagai pengganti

Dalam beberapa tahun terakhir, Khamenei telah menunjuk Raisi ke posisi yang telah meningkatkan statusnya di pusat-pusat kekuasaan Iran.

Pada 2016, Raisi ditunjuk untuk memimpin yayasan Astan Quds Razavi, sebuah peran yang kuat secara politik dan ekonomi.

Yayasan tersebut menjalankan tempat suci Imam Reza di Masyhad, sebuah situs ziarah utama Syiah. Lembaga itu digunakan baik sebagai badan amal dan perusahaan induk untuk berbagai properti dan bisnis, mulai dari pertanian hingga konstruksi.

Setelah Raisi menjalankan kerajaan ekonomi ini selama tiga tahun, Khamenei menunjuknya untuk memimpin peradilan Iran pada 2019.

Dalam kapasitas itu, ia memimpin perang melawan korupsi, dan di sepanjang jalan menggulingkan dan menodai reputasi beberapa lawan politik utamanya.

Pada tahun yang sama, Raisi terpilih sebagai wakil presiden dari lembaga penting lainnya: Majelis Ahli Iran, yang ditugaskan untuk memilih pemimpin tertinggi berikutnya ketika Khamenei yang berusia 82 tahun meninggal.

Raisi dianggap sebagai calon pesaing untuk menggantikan Khamenei, yang menjabat dua kali sebagai presiden, sebelum diangkat sebagai pemimpin tertinggi pada 1989.

Terpilih sebagai presiden akan meningkatkan legitimasi populer Raisi sebagai penerus Khamenei.

Baca juga: 4 Alasan Menentukannya Pilpres Iran bagi Barat

Pandangan politik

Raisi adalah salah satu orang kepercayaan Khamenei yang paling tepercaya. Keduanya meyakini penafsiran yang keras terhadap fikih Islam sebagai dasar negara dan pemerintahan.

Raisi mendukung pembangunan ekonomi yang dipimpin negara Iran, di mana yayasan seperti yang dulu ia jalankan (Korps Pengawal Revolusi Iran), dan kemitraan semi publik lainnya mengendalikan sebagian besar perekonomian.

Dia umumnya menentang membuka Iran untuk investor asing.

Raisi menentang keterlibatan dengan AS dan diplomasi dengan Barat, seperti yang diperjuangkan oleh Rouhani dan kubu sentris pragmatis dan reformisnya.

Khamenei, bagaimanapun, telah menyatakan dukungan untuk pembicaraan perjanjian nuklir 2015 kembali, yang ditinggalkan Presiden Donald Trump pada 2018.

Raisi, meskipun kritis terhadap AS, juga mendukung gagasan kesepakatan itu bersama-sama dengan penghapusan melumpuhkan sanksi AS.

Raisi telah menjadikan pemberantasan korupsi sebagai bagian penting dari kampanyenya. Para pengkritiknya mengatakan dia telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari lembaga-lembaga politik Iran yang korup dan represif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com