Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kontroversi Julian Assange: Dari Pemerkosaan sampai Pemilu AS

Kompas.com - 19/06/2021, 18:09 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasca-menerbitkan WikiLeaks, situs yang kemudian mengubah hidupnya dan menjadikannya sasaran kontroversi, Julian Assange kemudian hadapi banyak tuntutan dan masalah.

Pada 2010, dirinya sempat menghadapi tuntutan di Swedia, sehubungan dengan tuduhan penyerangan seksual.

Ini jadi surat perintah penangkapan kedua yang dikeluarkan untuknya atas dugaan kejahatan tersebut, sesudah sebelumnya dibatalkan karena kurangnya bukti.

Pria asal Australia ini kemudian ditangkap di London pada Desember 2010 dan ditahan tanpa jaminan. Sembari menunggu kemungkinan ekstradisi ke Swedia, dia akhirnya dibebaskan dengan jaminan.

Baca juga: Terkait Dugaan Pemerkosaan, Jaksa Swedia Ajukan Penahanan Assange

Pada Februari 2011, seorang hakim di Inggris memutuskan bahwa ekstradisinya harus dilanjutkan. Pengacaranya pun mulai ajukan banding.

Lalu pada Desember 2011, Pengadilan Tinggi Inggris menyatakan bahwa kasus ekstradisinya adalah “kepentingan masyarakat umum”. Pengadilan lalu merekomendasikannya agar kasus ini didengarkan Mahkamah Agung.

Keputusan ini memungkinkan pria berusia 49 tahun ini ajukan petisi langsung ke Mahkamah Agung untuk sidang terakhirnya sehubungan dengan masalah itu.

Pada Mei 2011, Assange dianugerahi medali emas dari Sydney Peace Foundation, yang sebelumnya pernah dianugerahkan pada Nelson Mandela dan Dalai Lama. Dirinya dinilai punya keberanian yang luar biasa dalam memperjuangkan HAM.

Sementara itu, Mahkamah Agung Inggris terus mempertimbangkan masalah ekstradisinya. Membuat dirinya tetap berada di bawah tahanan rumah di perkebunan pendukung WikiLeaks di pedesaan Norfolk.

Baca juga: 6 Dokumen Rahasia Bocoran WikiLeaks yang Hebohkan Dunia

 Di lokasi ini, dirinya merekam serangkaian wawancara yang dikumpulkan sebagai "The World Tomorrow", sebuah acara bincang-bincang online dan juga disiarkan di jaringan berita satelit RT, yang didanai Rusia pada April 2012.

Assange memulai seri bincang-bincangnya dengan mewawancarai pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah. Ini jadi wawancara pertama Nasrallah dengan jurnalis Barat sejak perang 34 hari antara Hezbollah dan Israel pada 2006.

Pada Juni 2012, setelah banding ekstradisinya ditolak Mahkamah Agung, mantan istri Teressa Assange ini mencari perlindungan di kedutaan Ekuador.

Alasannya, kalau dirinya memilih ekstradisi ke Swedia, bisa menyebabkan penuntutan di AS untuk tindakannya yang terkait dengan WikiLeaks. Assange mengeklaim bahwa pengadilan akan bermotif politik dan berpotensi menjatuhkan hukuman mati padanya.

Pada Agustus, permintaannya dikabulkan, tapi dia tetap dikurung di dalam kedutaan. Sementara itu, pejabat Inggris dan Ekuador berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Baca juga: Pemerintah Australia: Pendiri WikiLeaks “Bebas Pulang” Jika Permohonan Ekstradisi AS Gagal

Assange lantas menawarkan diri untuk duduk kursi di Senat Australia. Tapi dalam pemilihan umum Australia tahun 2013, dia memperoleh kurang dari 1 persen suara nasional dan gagal memenangkan kursi di Senat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com