Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulang Tahun Aung San Suu Kyi ke-76, Demonstran Pakai Bunga di Rambut dan Berpawai

Kompas.com - 19/06/2021, 12:56 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Pendukung pemimpin Myanmar yang dikudeta Aung San Suu Kyi mengenakan bunga di rambut dan berpawai di jalanan pada Sabtu (19/6/2021).

Aksi tersebut mereka lakukan sebagai bentuk protes terhadap penahanan Suu Kyi oleh militer Myanmar sekaligus memperingati ulang tahunnya ke-76.

Sejak militer melakukan kudeta dan mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari, hampir setiap hari terjadi aksi protes di Myanmar sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: PBB Keluarkan Resolusi Desak Hentikan Penjualan Senjata ke Myanmar

Selama beberapa dekade, Suu Kyi kerap mengenakan bunga di rambutnya sebagai simbol memperjuangkan demokrasi saat Myanmar dalam cengkeraman junta militer sebelum ini.

Salah satu demonstran yang mengenakan bunga pada Sabtu adalah seorang aktivis terkenal di Myanmar, Thet Swe Win.

Padahal, Thet Swe Win kerap berselisih dengan Suu Kyi atas pelanggaran hak asasi manusia selama Suu Kyi menjadi pemimpin de facto Myanmar.

"Saya menuntut kebebasan untuk semua orang, termasuk Aung San Suu Kyi. Hak individu dan hak politiknya dilanggar,” kata Thet Swe Win.

Baca juga: Pemerintah Diminta Hentikan Kerja Sama dengan Perusahaan Afiliasi Junta Militer Myanmar

Selain Suu Kyi, terdapat hampir 5.000 orang yang saat ini ditahan oleh junta militer Myanmar karena menentang kudeta.

Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebanyak 870 orang tewas di tangan pasukan Keamanan Myanmar.

Kini, junta militer Myanmar menjatuhkan banyak tuduhan kepada Suu Kyi mulai kepemilikan walkie-talkie ilegal, melanggar aturan pembatasan Covid-19, korupsi, hingga melanggar undang-undang kerahasiaan negara.

Pengacara Suu Kyi mengatakan, tuduhan-tuduhan itu tidak masuk akal.

Baca juga: Milisi Myanmar Menahan Serangan terhadap Militer Setelah Warga Serukan Perdamaian

Suu Kyi menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1991.

Namun, pandangan negara-negara Barat terhadap Suu Kyi runtuh pada 2017 setelah dia membela tentara pasca-terjadinya eksodus 700.000 orang dari etnik minoritas Rohnigya karena dianiaya.

Kendati demikian, langkah Suu Kyi tersebut itu tidak mengurangi popularitasnya di Myanmar.

Pada Jumat (18/6/2021), Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penghentian aliran senjata ke Myanmar.

Baca juga: Anggota Tim Sepak Bola Nasional Myanmar Tak Mau Pulang, Cari Suaka di Jepang

PBB juga mendesak militer Myanmar untuk menghormati hasil pemilu Myanmar yang digelar pada November 2020 dan menyerukan membebaskan tahanan politik, termasuk Suu Kyi.

"Risiko perang saudara skala besar adalah nyata," kata utusan khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener kepada Majelis Umum PBB setelah pemungutan suara.

"Waktu sangat penting. Kesempatan untuk membalikkan kudeta militer semakin sempit,” imbuh Schraner Burgener.

Baca juga: Kebakaran di Sebuah Desa di Myanmar, 200-an Rumah Jadi Abu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com