Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Debu Besar Panas Berpotensi Hantam AS Sepanjang Musim Panas

Kompas.com - 19/06/2021, 12:16 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber The Hill

MIAMI, KOMPAS.com - Awan debu besar panas yang berasal dari Gurun Sahara dikabarkan melintasi Atlantik dan berpotensi menghantam AS kembali.

WFTV di Orlando pada Rabu (16/6/2021) melaporkan temuan ini.

Gumpalan debu, yang disebut sebagai Lapisan Udara Sahara, adalah kejadian umum selama musim panas. Gejala alam ini, walaupun sudah umum terjadi, tetap patut diwaspadai.

Baca juga: Awan Debu Raksasa Gorilla Dust Cloud dari Gurun Sahara Terjang AS

Dilansir The Hill, Awalnya, udara kering nan berdebu berkumpul. Dari gurun, mereka bergerak di atas Samudra Atlantik Utara.

Menciptakan lapisan tebal yang menempati antara 2 sampai 2,5 mil atmosfer.

Karena cara cahaya memantulkan partikel debu, gumpalan debu meningkatkan warna kuning dan merah di matahari terbit dan terbenam.

Hal ini terus dikaji National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

"Matahari terbenam dan matahari terbit mengambil lebih banyak warna kuning dan kemerahan," tulis NOAA dalam situsnya.

"Arena sinar matahari sudut rendah melewati lebih banyak atmosfer sebelum mencapai mata," tambahnya.

Baca juga: Korea Utara Sebut Debu Kuning dari China Bawa Virus Corona, Imbau Rakyatnya Tinggal di Rumah

NOAA juga menyebut, banyaknya debu di atmosfer dapat meningkatkan efek ini, yang mengarah ke warna yang lebih gelap dan tahan lama.

"Hal ini menyebabkan matahari terbenam dan terbit dengan jelas," lanjutnya.

Aktivitas debu ini berpotensi memuncak antara akhir Juni dan pertengahan Agustus. Kemungkinan dapat mencapai sejauh barat hingga Florida, Amerika Tengah, dan Texas.

Sementara itu, pakar kesehatan mengatakan lapisan debu bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi penderita asma dan alergi.

Baca juga: Sering Sesak Nafas, Ketahui Penyebab dan Pemicu Asma

"Secara umum, penting bagi penderita asma dan penyakit paru-paru kronis lainnya untuk mengambil tindakan pencegahan," ujar pakar kesehatan, dalam laporan NOAA.

"Untuk mempertahankan kontrol kondisi yang mendasarinya dan mengurangi paparan debu, warga bisa membatasi waktu di luar ruangan selama badai debu," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com