Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/06/2021, 02:41 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

TOKYO, KOMPAS.com - Seorang anggota tim sepak bola nasional Myanmar yang bermain pada babak kualifikasi Piala Dunia 2022 di Jepang telah menolak untuk pulang dan mencari suaka.

Permohonan itu sedang dipertimbangkan pemerintah Jepang mengingat adanya kerusuhan di Myanmar setelah kudeta.

Pyae Lyan Aung, penjaga gawang cadangan tim Myanmar, dijadwalkan terbang pulang dari Bandara Internasional Kansai pada Rabu (16/6/2021) malam, tetapi tidak bergabung dengan para anggota tim lainnya.

Baca juga: Kebakaran di Sebuah Desa di Myanmar, 200-an Rumah Jadi Abu

 

Ia menyatakan keinginannya untuk mencari perlindungan di Jepang, dan melalui seorang penerjemah, mengatakan bahwa dengan kembali ke Myanmar, ia akan “mempertaruhkan nyawanya'', menurut kantor berita Kyodo pada Kamis (17/6/2021).

Pada pertandingan 28 Mei melawan Jepang, ia menunjukkan salam hormat tiga jari, simbol gerakan perlawanan anti-kudeta di Myanmar. Rekaman video yang menggambarkan aksinya itu kemudian tersebar luas di media sosial, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (17/6/2021). 

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan pada konferensi pers reguler pada Kamis (17/6/2021), Jepang akan menanggapi dengan sepatutnya kasus Aung.

Baca juga: Milisi Myanmar Menahan Serangan terhadap Militer Setelah Warga Serukan Perdamaian

 

Sejalan dengan kebijakan baru Tokyo yang memperpanjang masa tinggal warga negara Myanmar di Jepang hingga 1 tahun, jika mereka takut menghadapi persekusi di tanah air mereka.

Kato menolak berkomentar mengenai rincian kasus Aung, dengan mengatakan bahwa pemerintah akan mendengar permohonannya dan menanggapinya dengan sepatutnya.

“Situasi di Myanmar masih belum pasti dan kami paham bahwa banyak warga Myanmar di Jepang yang takut untuk pulang,'' kata Kato.

Baca juga: Viral di Internet, Gerakan Anti-junta Militer Myanmar Dukung Rohingya

Otoritas imigrasi Jepang pada 28 Mei memperkenalkan langkah-langkah baru bagi warga negara Myanmar yang takut akan keselamatan mereka jika mereka pulang ke tanah air.

Berbicara kepada wartawan, Pyae Lyan Aung mengatakan militer telah mengunjungi rumahnya di Myanmar.

Aung mengatakan ia mengkhawatirkan keselamatan para pemain lain dan keluarga mereka karena penolakannya untuk pulang, dan itu membuatnya ragu-ragu sampai menit terakhir. 

Namun, ia mengatakan ia mengumpulkan semua keberaniannya untuk memberi tahu otoritas imigrasi Jepang bahwa ia ingin tinggal, menurut Kyodo.

Baca juga: Menlu China: Beijing Dukung Myanmar Pilih Jalannya Sendiri

Kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi, membalikkan kemajuan bertahun-tahun menuju demokrasi di Myanmar setelah 5 dekade pemerintahan militer. Kudeta tersebut disambut dengan penolakan publik yang luas.

Banyak warga Myanmar menuding bahwa militer Myanmar berusaha membungkam mereka melalui kekerasan, termasuk membunuh orang-orang yang menggelar protes di jalan-jalan serta memenjarakan para aktivis dan jurnalis.

Jepang mengkritik tindakan keras mematikan pemerintah militer Myanmar, tetapi mengambil pendekatan yang lebih lunak dari pada yang dilakukan AS dan beberapa negara lain, yang telah memberlakukan sejumlah sanksi terhadap beberapa anggota junta.

Baca juga: Pesawat Militer Myanmar Jatuh, Jumlah Korban Simpang Siur

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com