Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemasangan Cincin pada Burung Hantu Kerudung di Swiss Tarik Perhatian Pengunjung

Kompas.com - 11/06/2021, 19:37 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BERN, KOMPAS.com - Tidak ada satu pun yang berkedip ketika Martin Buchs, perlahan-lahan mengeluarkan tangannya dari kantung kain yang ada di meja.

Dalam genggaman pakar burung Swiss ini, tampak makluk berbulu putih yang ditunggu tunggu publik, tidak terkecuali Kompas.com.

"Oh haerziiig,…sangat lucu,“ kata salah satu peserta. Makhluk berbulu putih, berparuh lancip dan bermata hitam bulat itu bernama Schleieruele.

Baca juga: Mengapa Burung Hantu disebut Burung Hantu?

Jenis Barn Owl, atau burung hantu Barn dalam bahasa Indonesia. Seperti namanya, memang ada schleier, semacam kerudung di wajahnya.

Uniknya lagi, tepi kerudung itu berbentuk hati. "Itu memang salah satu ciri khas, yang sangat membedakan dari burung hantu lainnya di dunia,“ kata Martin Buchs.

Setelah dikeluarkan dari kantung kain, Martin dengan hati hati menimbang burung tersebut. Juga mengukur panjang sayapnya. Lalu dengan cekatan memasang cincin alumunium di kaki Burung Hantu Kerudung itu.

„Hanya ada nomor dan asal burung ini,“ imbuh Martin. Data lainnya, dari berat badan, umur dan sebagainya, masih kata Martin, dimasukkan ke bank data.

Burung Hantu Kerudung, kata Martin, berkisar sekitar 200 hingga 1.000 ekor di Swiss. "Aktif malam hari, memburu tikus, kadal atau burung kecil lainnya,“ katanya.

Jika sedang mengasuh anaknya seperti saat ini, satu anak burung memerlukan 3.000 ekor tikus hingga dia siap terbang. Petani sangat diuntungkan dengan keberadaan Burung Hantu Kerudung ini.

Baca juga: Serba-serbi Hewan: Suara Burung Hantu Punya Banyak Makna

"Saat yang sangat sibuk bagi induk burung jika sedang punya anak,“ kata Robert Sticher, Presiden Kriens Natur, yang menggagas program ini.

Meskipun berjumlah tidak banyak, Schleiereule belum termasuk burung langka. "Perkembangannya stabil, meskipun naik turun,“ kata Martin.

Jika musim dingin terlalu panjang, burung ini hanya beranak pinak setahun sekali. "Kalau musim dingin pendek, bisa dua kali,“ katanya.

Swiss termasuk sangat hati-hati menjaga habitat burungnya. Saat ini, semua jenis burung termasuk satwa yang dilindungi. Yang dulunya diburuh karena dianggap hama, seperti Bangau Abu-Abu, Plecuk (cormoran) dan Gagak Hitam, kini hidup aman dari buruan manusia.

Pemerintah daerah di Swiss sigap mengeluarkan undang-undang yang menjaga kelestarian unggas terbang ini.

Baca juga: Mungkinkah Kita Memelihara Burung Hantu Seperti Harry Potter?

Pemasangan sarang burung buatan juga dilakukan di mana mana. Tidak terkecuali penyediaan makanan jika musim dingin tiba.

Jika pun ada yang mengganggu kelestarian burung di Swiss, adalah perubahan iklim serta tata ruang. Pemanasan global membuat beberapa pohon pinus di pegunungan Alpen mati.

Banyaknya alih fungsi dari lahan pertanian ke perumahan juga memgakibatkan berkurangnya habitat unggas terbang ini. Penggunaan pestisida di ladang pertanian juga menjadi salah satu faktor semakin menurunnya jumlah burung di Swiss.

Tiap tahun, Swiss mendata jumlah burung yang ada di Heidiland. Tidak terkecuali juga burung yang hanya mampir beberapa bulan saja, atau burung yang hanya menetap di musim panas.

Burung Hantu Kerudung, kata Martin, adalah burung lokal. Sepanjang tahun dia tinggal dan menetap di Swiss.

Baca juga: Penggal Burung Hantu dan Unggah Fotonya, Wanita Ini Ditembak Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com