JENEWA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu di Jenewa, Swiss, minggu depan.
Itu adalah pertemuan pertama mereka sebagai sesama presiden, dan kemungkinan akan tegang menyusul deretan konflik yang melibatkan keduanya belakangan ini.
Salah satu perseteruan yang paling heboh adalah ketika Biden sepakat menyebut Putin sebagai pembunuh.
Baca juga: Jelang KTT Pertama Putin dan Biden, Ini Agenda Mereka
Melansir AFP pada Selasa (8/6/2021) berikut adalah riwayat konflik Biden-Putin sebelum pertemuan mereka.
Tak lama setelah menjabat, Biden berpidato di Kementerian Luar Negeri AS dengan janji bakal bertindak keras ke Rusia, berkebalikan dengan kebijakan Donald Trump.
"Saya jelaskan ke Presiden Putin dengan cara yang sangat berbeda dari pendahulu saya, bahwa hari-hari Amerika Serikat bergulir dalam menghadapi tindakan agresif Rusia, mengganggu pemilihan kami, serangan dunia maya, dan meracuni warganya sudah berakhir," kata Biden pada Februari.
Kremlin lalu mengecam pidato Biden itu sangat agresif dan tidak konstruktif.
"Kami sudah katakan kami tidak akan mengindahkan pernyataan merendahkan semacam ini. Kami tidak akan melakukannya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Baca juga: Joe Biden Tegaskan AS Bersama Eropa Lawan Rusia
Dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan pada Maret, Biden berkata Putin akan menerima akibatnya karena diduga berusaha menjegalnya di pilpres AS 2020.
Kemudian saat ditanya apakah dia pikir Putin adalah pembunuh, Biden menjawab "Ya."
Komentar tersebut memicu krisis terbesar antara Rusia dan AS selama beberapa tahun.
Rusia lalu memanggil duta besarnya untuk berkonsultasi, dan memperingatkan hubungan kedua negara berada di ambang kolaps.
Putin lalu membalas Biden dengan mengolok-oloknya, dengan menyebut "Anda sama buruknya seperti saya."
"Kami selalu melihat kualitas kami pada orang lain, dan merasa dia sama dengan kami," tambah Putin.
Upaya untuk meredakan ketegangan datang pada April ketika Biden, setelah mengumumkan sanksi terhadap Rusia, mengatakan bahwa sekarang waktunya kedua negara mengurangi ketegangan.