“Dia sangat memperhatikan keluarganya. Misalnya, dia menentukan siapa yang kelak dia inginkan untuk menerima piano milik saudara perempuannya yang sudah meninggal."
Nadjari memasukkan kata pengantar, dalam bahasa Jerman, Polandia, dan Perancis. Dia meminta siapa pun yang menemukan manuskrip itu untuk diteruskan ke kedutaan Yunani, untuk diteruskan ke temannya Dimitrios Stefanides.
Dia telah mendengar dari sesama Yahudi Yunani bahwa ibu, ayah dan saudara perempuannya Nelli telah meninggal di kamp Auschwitz-Birkenau, di Polandia selatan yang diduduki Nazi, tahun sebelumnya.
"Seringkali saya berpikir untuk pergi bersama yang lain, untuk mengakhiri (penyiksaan) ini,” tulis dalam catatan yang dia tinggalkan.
“Tapi selalu balas dendam mencegah saya melakukannya. Saya ingin dan ingin hidup, untuk membalas kematian ayah, ibu dan adik perempuan saya yang tersayang."
Nadjari menyaksikan pemberontakan putus asa oleh anggota Sonderkommando, dipimpin oleh tentara Soviet yang ditangkap.
Mereka sempat mencoba meledakkan setidaknya beberapa dari lima krematorium, menggunakan bubuk mesiu curian.
Tapi Nazi menghancurkan mereka. Nadjari tidak termasuk di antara para pemberontak, jadi dia selamat.
Sekitar 110 anggota Sonderkommando selamat dari Auschwitz-Birkenau. Kebanyakan dari mereka adalah orang Yahudi Polandia.
Dalam kebanyakan kasus, mereka sangat ingin melupakan kengerian di kamp pembantaian itu. Hanya sedikit yang menulis tentang cobaan berat mereka.
Baca juga: Pembelot Korea Utara Ini Sebut Negaranya sebagai Holocaust di Era Modern
Dia melihat korban "dikemas seperti sarden" dalam kamar gas.
Menurut deskripsi dalam catatannya, krematorium adalah bangunan besar dengan cerobong asap lebar dan 15 oven.
Di bawah taman ada dua gudang bawah tanah yang sangat besar. Satu adalah tempat orang membuka pakaian, dan yang lainnya adalah kamar gas yang dia sebut sebagai “ruang kematian.”
“Orang-orang memasukinya (kamar gas) dengan telanjang dan sekaligus sekitar 3.000 orang di dalamnya terkunci dan mereka dibunuh dengan gas. Setelah enam atau tujuh menit menderita, mereka mati," tulisnya.
Dia menggambarkan bagaimana Jerman memasang pipa untuk membuat kamar gas terlihat seperti kamar mandi.
Tabung gas selalu dikirim dengan kendaraan Palang Merah Jerman oleh dua orang SS. Mereka kemudian menjatuhkan gas melalui lubang.
Setengah jam kemudian pekerjaan Nadjari dan rekan-rekannya dimulai.
“Kami menyeret tubuh wanita dan anak-anak yang tidak bersalah itu ke lift, yang membawanya ke oven."
Abu dari setiap korban dewasa memiliki berat sekitar 640 gram (1,4 pon), catatnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.