Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR AS Bentuk Komisi Independen untuk Bereskan Kasus Kerusuhan Gedung Capitol

Kompas.com - 20/05/2021, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - DPR AS membentuk komisi independen pada Rabu (19/5/2021) untuk memastikan pertanggungjawaban atas pemberontakan 6 Januari di Gedung Capitol.

Demokrat mengatakan penyelidikan independen sangat penting untuk memperhitungkan segala yang terjadi pada hari itu, ketika massa pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol.

Saat itu, massa dengan kekerasan mencoba membatalkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum (pemilu).

Baca juga: Identitas Terduga Pelaku Penyerangan Gedung Capitol Terkuak, Ini Sosoknya

RUU landasan komisi independen disahkkan DRP 252-175, dengan 35 suara Partai Republik mendukung komisi, menentang Trump dan pemimpin Partai Republik Kevin McCarthy.

Pemimpin Senat Partai Republik, Mitch McConnell, berusaha mencegah pembelotan di antara barisannya sendiri.

McConnell menggemakan penentangan dari McCarthy dalam pidato di lantai Senat Rabu pagi waktu setempat (19/5/2021). 

Trump mengeluarkan pernyataan yang mendesak Partai Republik untuk memberikan suara menentangnya, menyebut undang-undang itu sebagai "jebakan Demokrat", seperti yang dilansir dari Associated Press (AP) pada Kamis (20/5/2021).

Baca juga: Daftar Serangan Gedung Capitol AS Selama 50 Tahun Terakhir

Sebagian besar anggota Partai Republik menolak pembentukan komisi independen. Hanya segelintir Republikan yang mendukung komisi indepanden itu berbicara dengan tegas.

"Ini tentang fakta, ini bukan politik partisan," kata Perwakilan New York John Katko, tokoh Republik di Komite Keamanan Dalam Negeri DPR AS yang merundingkan undang-undang tersebut dengan Partai Demokrat.

Dia berkata, "rakyat Amerika dan Kepolisian Capitol pantas mendapatkan jawaban, dan bertindak secepat mungkin untuk memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi."

Baca juga: Kronologi Serangan Gedung Capitol, Tersangka Tabrak Polisi dan Hantam Barikade

Perwakilan DPR Fred Upton, mengatakan bahwa 6 Januari "akan menghantui lembaga ini untuk waktu yang sangat lama" dan bahwa komisi diperlukan untuk menemukan kebenaran tentang apa yang terjadi.

Demokrat menjadi marah karena beberapa Partai Republik mengatakan bahwa komisi itu hanya dimaksudkan untuk mencemarkan nama baik Trump.

Beberapa berbagi ingatan mereka sendiri tentang pemberontakan, ketika perusuh secara brutal memukuli polisi, masuk melalui jendela, pintu, dan mendesak anggota parlemen untuk berlari.

Baca juga: Tersangka Penyerangan Gedung Capitol adalah Lone Wolf, Mengaku Pengikut Nation of Islam

Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Menyebut penentangan McCarthy terhadap komisi independen itu "pengecut".

Pelosi merilis surat pada Februari dari pemimpin Partai Republik, di mana McCarthy meminta pembagian yang merata antara komisaris Demokrat dan Republik.

Ia merilis surat Februari dari pemimpin Partai Republik, di mana dia meminta pembagian yang merata antara komisaris Demokrat dan Republik, kekuasaan panggilan pengadilan yang sama, dan tidak ada temuan atau kesimpulan yang ditentukan sebelumnya. 

"Pemimpin McCarthy tidak akan menerima jawaban ya," kata Pelosi.

Baca juga: Serangan Terbaru Gedung Capitol AS, 2 Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com