Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Palestina dan Israel Jadi "Perang Narasi" di Media Sosial Indonesia

Kompas.com - 18/05/2021, 14:48 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

"Hal ini terlihat dari setiap ada isu tentang Palestina, masyarakat melalui medsos khususnya Twitter, seringkali bergolak dan mengajak "berjuang" untuk Palestina," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, kepada BBC News Indonesia, Senin (17/5/2021).

Temuan mereka juga mengungkapkan, dilihat dari karakter netizen, terlihat bahwa netizen menganggap apa yang terjadi di Tepi Barat atau di Gaza merupakan "satu kesatuan, yaitu Palestina".

"Ini terlihat dari beberapa postingan netizen yang mencoba mengklarifikasi insiden terakhir ini sering justru diserang balik," ujar Rustika.

Hasil riset Indonesia Indicator juga menyebutkan mulai muncul beberapa tagar mendukung Palestina, seperti #inastandswithPalestine.

Disebutkan pula banyak gambar yang diviralkan di media sosial menggambarkan "kekejaman" dan terutama pada anak. "Hal ini yang seringkali menimbulkan empati," jelasnya.

"Empati itu telah menimbulkan dukungan masyarakat Indonesia dengan berbagai donasi untuk Palestina dengan jumlah yang cukup fantastis," tambahnya.

Kemudian, "isu ini juga makin 'panas' karena netizen mempertanyakan kebenaran perihal isu bank di Indonesia tidak lagi bisa mengirim uang ke bank di Palestina.

Namun di sisi lain, demikian temuan riset Indonesia Indicator, pernyataan tegas Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendapat apresiasi dari netizen.

Tapi, "mereka menunggu ketegasan ini," kata Rustia Herlambang.

Baca juga: Palestina Terkini: Israel Bombardir Jalur Gaza, 200 Orang Tewas Seminggu

Tiga faktor pemicu konflik

Sementara itu pengamat Timur Tengah Trias Kuncahyono mengungkapkan setidaknya ada 3 faktor yang meletupkan kembali konflik Israel dan Palestina.

Salah satu kasus pemicunya adalah ancaman penggusuran orang-orang Palestina di wilayah Shiekh Jarrah di Yerusalem Timur.

"Nah mereka merasa sudah tinggal di tempat itu selama puluhan tahun, kemudian akan digusur karena akan dipakai untuk permukiman baru. Meskipun sudah melakukan upaya hukum, tetapi tetap kalah," ungkap Trias, mantan wartawan yang juga penulis sejumlah buku mengenai Timur Tengah, salah satunya berjudul "Jerusalem: kesucian, konflik, dan pengadilan akhir."

Faktor kedua adalah penutupan akses ke Gerbang Damaskus di Kota Lama Yerusalem yang mengarah ke Masjid Suci Al-Aqsa. Pada saat itu berlangsung kegiatan keagamaan bertepatan dengan bulan Ramadhan.

"Faktor ketiga yang berbarengan juga sebetulnya dengan ulang tahun kelompok garis keras terkait perebutan Yerusalem Timur setelah 1967. Ketiga faktor itu menjadi pemicu atas apa yang terjadi belakangan ini," ujar Trias.

Terkait perang narasi media sosial di Indonesia terkait konflik Israel-Palestina, bagi Trias, merupakan hal yang wajar, sangat biasa sekali dan pasti akan terjadi.

"Misalnya ada yang pro-Palestina, ya boleh begitu pula yang pro-Israel, asal semua alasannya rasional, tidak berdasarkan pada emosi atau kemudian yang tidak ada dasarnya," ucapnya.

Maka, dia mengingatkan bahwa semua narasi pro dan kontra konflik di Timur Tengah itu harus disampaikan secara dingin dan melihatnya secara rasional.

"Harus seperti itu, kalau tidak akan menimbulkan persoalan yang besar, karena orang tidak tahu persis apa yang sesungguhnya terjadi, kemudian melebarkan pendapat, kemudian bisa memprovokasi orang, maka bisa menjadi persoalan besar ini. Kemudian kalau itu terjadi, bisa ramai sendiri dan kita rugi sendiri."

Baca juga: Mengapa Israel Menyerang Palestina?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com