Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa AS Begitu Membela Israel

Kompas.com - 15/05/2021, 10:32 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Bukan rahasia umum bahwa Amerika Serikat (AS) dan Israel memiliki hubungan yang sangat dekat.

Apalagi ketika AS dipimpin oleh Donald Trump, Washington bahkan mengakui bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Sontak pernyataan Trump tersebut mendapat kecaman dunia internasional.

Lantas mengapa AS memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Israel?

Baca juga: 26 Orang Palestina Tewas dalam Ketegangan Melawan Israel

Seorang analis Timur Tengah di Israel Policy Forum Michael Koplow mengatakan kepada Business Insider bahwa kedekatan AS dengan Israel sangat terikat dengan dua faktor.

Faktor pertama adalah pertukaran data intelijen sedangkan faktor kedua adalah "persamaan ideologi".

Intelijen dan pengetahuan Israel tentang urusan Timur Tengah tak tertandingi oleh negara mana pun di dunia dan hal itu menguntungkan AS dalam segala hal.

Selama beberapa dekade, analis intelijen menganggap Unit 8200 Israel merupakan salah satu unit intelijen yang paling elit di dunia.

Fungsi unit ini mirip dengan Badan Keamanan Nasional AS, dan keduanya bekerja sama secara erat sebagaimana dilansir Business Insider.

Baca juga: China Tuduh AS Abaikan Penderitaan Palestina dengan Blokir Pertemuan DK PBB

Pada 2010, misalnya, AS dan Israel berkolaborasi dalam salah satu malware paling canggih yang pernah dibuat dan dinamakan Stuxnet.

Malware tersebut mampu menyusup ke infrastruktur siber Iran dan memperlambat kemajuan senjata nuklirnya tanpa perlu menyerbu Iran dengan pasukan berskala besar.

Dalam sistem pertahanan rudal juga, AS dan Israel telah bekerja sama untuk mengembangkan beberapa sistem pertahanan yang paling efektif.

Namun, tidak seperti sekutu AS lainnya seperti NATO dan di kawasan Pasifik, AS tidak memiliki pasukan yang berbasis di wilayah Israel.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina Memanas di Tepi Barat, 4 Tewas 100 Luka-luka

Selain menjalin kemitraan intelijen terbesar di dunia, AS dan Israel beranggapan bahwa keduanya terikat dengan sesuatu yang fundamental bagi keduanya, yakni demokrasi.

"Israel adalah satu-satunya negara dengan demokrasi paling liberal di Timur Tengah," kata Koplow.

Dia menambahkan, ada banyak persamaan nilai sosial antara AS dan Israel. Seperti AS, Israel menggelar pemilu yang teratur dan terbuka dengan transisi kekuasaan yang damai.

“Di wilayah dengan negara-negara yang gagal, Israel benar-benar sekutu ideologis yang penting," tutur Koplow.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (1): Gerakan Zionisme sampai Mandat Palestina

Pesawat pengebom Amerika Serikat (AS) B-52 terbang di langit Israel diapit oleh jet tempur F-15 milik Pasukan Pertahanan Israel (IDF).TWITTER/IDF via Russian Today Pesawat pengebom Amerika Serikat (AS) B-52 terbang di langit Israel diapit oleh jet tempur F-15 milik Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Risiko aliansi

Seperti AS, atau hampir semua negara di dunia, Israel juga memiliki musuh.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kerap mengecam perlakuan Israel terhadap Palestina dan perbuatan Israel yang mendukung permukiman Yahudi di luar perbatasan Israel.

"Jika Anda seorang pendukung perjuangan Palestina, masuk akal untuk bertanya mengapa AS mendukung Israel," tutur Koplow.

Dia menambahkan, ada banyak orang di AS yang memaklumi jika “Negeri Paman Sam” mendanai Israel.

Selain itu, bantuan dan senjata militer AS telah digunakan oleh Israel untuk melawan Palestina di wilayah mereka.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (2): Bentrokan Awal sampai Solusi Dua Negara

Pada 2015, lebih dari separuh bantuan militer luar negeri AS atau sekitar 3,1 miliar dollar AS disalurkan ke Israel.

Sebagian besar uang tersebut dihabiskan Israel untuk proyek-proyek pertahanan AS sebagai imbalannya.

Menurut Koplow, perlakuan Israel terhadap Palestina tidak luput dari perhatian tetangganya di Timur Tengah.

"Secara historis, dukungan untuk Israel jelas menyebabkan ketegangan dengan sekutu di kawasan. Ada orang yang mempertanyakan apakah dukungan AS untuk Israel sebanding dengan perselisihan yang ditimbulkannya dengan sekutu AS lainnya,” ujar Koplow.

Tetapi sekutu AS di Timur Tengah telah belajar untuk berurusan dengan Israel.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (3): Holocaust yang Berujung Pendirian Negara Israel

Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya tidak lagi memprotes hubungan AS-Israel seperti yang mereka lakukan pada 1970-an dengan melakukan embargo minyak.

Pasalnya, AS sekarang memiliki banyak sumber minyak dan harga minyak mentah anjlok.

Di sisi lain, Iran secara terbuka mendukung Hezbollah di Lebanon serta Hamas di Tepi Barat dan Gaza. Kedua kelompok tersebut berperang melawan Israel.

Iran sering menguji rudal balistik dengan slogan "Israel harus dihapus dari muka bumi”.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (4): Akhir Mandat Palestina dan Perang Arab-Israel 1948

Aliansi antara AS dengan Israel selingkali menempatkan diplomat AS ke dalam situasi yang rumit dengan PBB terkait masalah hak asasi manusia dan Iran.

Namun demikian, aliansi tersebut terkadang berhasil melewati kesulitan ekstrem untuk menguntungkan kedua belah pihak secara besar-besaran.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (5): Perang 6 Hari dan Upaya Damai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com