Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Perancis Serukan Para Tentara Mengundurkan Diri atas Surat Perang Saudara

Kompas.com - 12/05/2021, 11:46 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Darat Perancis memerintahkan para tentara mengundurkan diri, jika mereka menandatangani surat peringatan perang saudara yang dipicu kelompok ekstremis di negara itu.

Surat kontroversial itu dipublikasikan oleh majalah sayap kanan, yang menuduh pemerintah Perancis di bawah Presiden Emmanuel Macron memberikan "konsesi" pada ekstremis.

Seruan tersebut dikeluarkan setelah surat kontroversial perang saudara pertama muncul tiga pekan lalu dan ditandatangani oleh 20 mantan jenderal militer Perancis.

Baca juga: Dituding Kompromi dengan Ekstremis, Presiden Macron dapat Peringatan dari Militer Perancis

Pemerintah Perancis mengecam surat itu, sedangkan politisi sayap kanan membelanya.

Pada Selasa (11/5/2021), Jenderal François Lecointre menyampaikan surat terbaru muncul dalam sebuah pesan kepada personel militer Perancis, seperti yang dilansir dari BBC pada Rabu (12/5/2021).

"Langkah yang paling masuk akal tentunya meninggalkan institusi untuk secara bebas mengekspresikan ide dan keyakinan mereka," kata Lecointre, menurut laporan media lokal Perancis.

Baca juga: Piagam Ekstremis Besutan Presiden Perancis Ditolak 3 Kelompok Muslim

Meski Lecointre tidak mengancam memberikan sanksi apa pun, dia mengklaim bahwa personel aktif yang mendukung surat itu telah melanggar "kewajiban kebijaksanaan".

Dia mengatakan bahwa "keyakinan pribadi" mereka telah melibatkan institusi militer dalam debat politik yang tidak diinginikan.

"Setiap tentara memiliki kebebasan berpikir, tapi harus secara tegas membedakan antara tugas sipil dan militer," tandasnya.

Surat peringatan perang saudara kedua dipublikasikan pada Minggu (9/5/2021) oleh Valeurs Actuelles, majalah berita mingguan sayap kanan yang diterbitkan di Paris.

Baca juga: Pensiunan Jenderal Perancis Peringatkan Perang Saudara, Para Menteri Muak

Surat itu pasalnya ditulis oleh sejumlah tentara aktif, yang mengatakan lebih suka tidak disebutkan namanya karena takut akan hukuman.

Para penulis menggambarkan diri mereka sebagai bagian dari generasi muda tentara yang pernah bertugas di Afghanistan, Mali, dan Republik Afrika Tengah, atau bergabung dengan operasi anti-terorisme domestik.

Pesan mereka mengkritisi respons pemerintah Perancis terhadap "pensiunan" jenderal yang menandatangani surat pada bulan lalu.

"Apakah mereka memperjuangkan Anda untuk mengizinkan Perancis menjadi negara gagal?" tulisnya.

Baca juga: Para Jenderal Perancis Keluarkan Seruan Hasutan Kudeta Militer, Macron Ancam Beri Hukuman

"Jika perang saudara meletus, tentara akan tetap menjaga ketertiban di tanah airnya sendiri," lanjutnya.

Juru bicara Presiden Emmanuel Macron mengatakan surat itu adalah media untuk membantu pemimpin sayap kanan Marine Le Pen, kandidat dalam pemilihan presiden Perancis tahun depan.

Perancis baru-baru ini mengusulkan RUU kontroversial untuk menangani apa yang digambarkan oleh Macron sebagai "separatisme Islam".

Namun, beberapa kritikus baik di Perancis maupun di luar negeri menuduh pemerintah menargetkan Islam secara tidak adil.

Baca juga: Diduga Berkhianat dengan Jadi Mata-mata Rusia, Tentara Perancis Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com