Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macron Serukan AS untuk Cabut Pembatasan Ekspor Vaksin Covid-19

Kompas.com - 09/05/2021, 09:33 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron menyerukan AS untuk mencabut pembatasan ekspor vaksin Covid-19.

Seruan Macron muncul ketika perpecahan terjadi antara beberapa bagian Eropa dan AS tentang cara terbaik untuk meningkatkan produksi vaksin Covid-19 secara global.

Saat ini, sekitar 1,25 miliar dosis telah diberikan di seluruh dunia.

Namun, kurang dari 1 persen yang telah diberikan kepada 29 negara termiskin di dunia, menurut catatan kantor berita AFP.

Baca juga: Penerima Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Vietnam Meninggal Sehari setelah Disuntik

Negara-negara kaya sebaliknya, dapat mempercepat kampanye vaksinasi virus corona di dalam negeri mereka.

Contohnya, di Inggris 67 persen populasi telah menerima dosis vaksin Covid-19 pertama. Di AS 56 persen telah menerima suntikan pertama vaksin.

Pada Jumat (7/5/2021), UE setuju untuk membeli 900 juta lebih dosis vaksin Pfizer/BioNTech, dengan opsi 900 juta lebih.

Macron berpendapat peningkatan ekspor dan produksi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan krisis kesehatan dunia.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinopharm Asal China Dapat Persetujuan WHO

"Kunci untuk memproduksi vaksin (virus corona) lebih cepat untuk semua negara miskin atau negara berkembang adalah memproduksi lebih banyak," kata Macron, seperti yang dilansir dari BBC pada Minggu (9/5/2021).

Dia secara khusus meminta AS untuk "mengakhiri larangan ekspor, tidak hanya pada vaksin, tetapi juga apada komponen penyusunnya, yang dapat menghambat produksi."

Pada Jumat (7/5/2021), Macron telah menunjukkan fakta bahwa, sejauh ini, "100 persen vaksin yang diproduksi di Amerika Serikat ditujukan untuk pasar Amerika".

Baca juga: Putin Sebut Vaksin Sputnik V Bisa Diandalkan seperti Senapan AK-47, Kapan Dipakai di Indonesia?

Sejauh ini, AS telah menjanjikan untuk menyumbangkan 60 juta dosis vaksin Covid-19 dari persediaan AstraZeneca dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, pihaknya telah memberlakukan pembatasan ekspor bahan mentah yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin Covid-19 di seluruh dunia.

Macron mencatat Inggris juga telah melakukan pembatasan ekspor vaksin Covid-19. Perdana Menteri Boris Johnson sebelumnya membantah adanya larangan, tetapi informasi yang tersedia untuk umum menunjukkan vaksin tidak diekspor dari Inggris.

Baca juga: Rusia Setujui Vaksin Sputnik Light, Cukup 1 Dosis Ampuh 79,4 Persen

Hak paten vaksin Covid-19

Sementara, Afrika Selatan dan India berpendapat bahwa jika hak paten vaksin Covid-19 dibebaskan dan resep vaksin rahasia dapat dirilis, maka negara lain dapat mulai memproduksi suntikan yang menyelamatkan jiwa serta berpotensi menurunkan biaya.

India saat ini berada dalam cengkeraman gelombang kedua Covid-19 yang menyebabkan krisis kesehatan parah, yang kemarin saja tercatat telah menewaskan lebih dari 4.000 orang.

Pada pekan ini, AS telah mendukung pembebasan hak paten vaksin Covid-19 yang diusulkan. Rencana tersebut juga mendapat dukungan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Paus Fransiskus.

Paus mengatakan pada Sabtu (8/5/2021) bahwa dunia telah terinfeksi "virus individualisme", dengan "hukum kekayaan intelektual" yang diletakkan di atas hukum cinta dan kesehatan umat manusia".

Baca juga: Studi: Vaksin Moderna 96 Persen Efektif untuk Remaja Usia 12-17 Tahun

Perdana Menteri India Narendra Modi berharap mendapatkan dukungan Uni Eropa dalam produksi vaksin Covid-19, dengan berbicara kepada para pemimpin yang berkumpul pada Sabtu (8/5/2021) melalui panggilan video.

Namun, Modi gagal mendapatkan dukungan yang dia harapkan, dengan para pemimpin Uni Eropa tetap skeptis.

Presiden Komisi Jerman dan Eropa Ursula von der Leyen telah menyuarakan penolakan terhadap pengabaian hak paten atau kekayaan intelektual dari vaksin Covid-19. Jerman berpendapat itu bukan paten yang menghalangi produksi vaksin.

Sedangkan negara Eropa lainnya, mempertimbangkan masalah lain dari rencana pengabaian hak paten tersebut, yang menurut para kritikus akan menghapus imbalan finansial dari pengembang obat mutakhir.

Kekayaan intelektual menggambarkan kreasi, seperti penemuan, yang dilindungi oleh paten, hak cipta, dan merek dagang. Hal ini mencegah penyalinan dan memungkinkan pembuatnya mendapatkan imbalan finansial.

Hak paten memberi perusahaan inovasi monopoli jangka pendek atas produksi untuk menutupi biaya pengembangan dan mendorong investasi.

Perusahaan bioteknologi berpendapat bahwa perlindungan semacam itu telah memberikan insentif untuk memproduksi vaksin Covid-19 dalam waktu yang sangat cepat.

Baca juga: Brasil Kekurangan Vaksin Covid-19 Jelang Suntikan Dosis Kedua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com