Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Bayangan Myanmar Umumkan Pasukan Pertahanan Rakyat

Kompas.com - 05/05/2021, 18:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

BANGKOK, KOMPAS.com - Pemerintahan bayangan Myanmar mengumumkan pembentukan pasukan pertahanan rakyat untuk melindungi warga sipil dari junta militer.

Negara di Asia Tenggara itu menghadapi krisis sejak junta melakukan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi, 1 Februari lalu.

Perlawanan melalui unjuk rasa pun terjadi, dengan aparat berusaha membubarkan dengan menggunakan cara brutal.

Baca juga: Jurnalis Jepang Didakwa Junta Militer Myanmar Sebarkan Berita Bohong

Sejauh ini, 770 orang dilaporkan tewas. Junta juga mengakui adanya korban namun mengeklaim jumlahnya jauh lebih sedikit.

Sekelompok politisi yang menyebut diri sebagai "Pemerintah Bersatu Nasional (NUG)" mengumumkan adanya pasukan pertahanan rakyat.

Dalam pernyataannya, NUG menerangkan kelompok ini merupakan awal bagi terbentuknya "Tentara Perastuan Federal".

NUG mengacu kepada gagasan untuk membawa penentang junta militer dan pemberontak untuk bergabung sebagai tentara.

Beberapa pergerakan anti-kudeta sudah menyerukan kepada etnis yang memberontak untuk bersatu, dan melawan Tatmadaw, nama resmi junta Myanmar.

Beberapa kelompok etnis yang tak suka junta memberikan perlindungan, bahkan latihan kepada pengungsi yang masuk ke wilayahnya.

Baca juga: Dari Pelajar hingga Dokter Latihan Militer dengan Etnis Bersenjata untuk Lawan Junta

Namun lebih dari 20 grup menyuarakan rasa tidak percaya kepada etnis Bamar yang menjadi mayoritas, maupun yang berafiliasi dengan pemerintahan Suu Kyi.

Pejabat dari Partai Progresif Nasional Karenni (KNPP) menyatakan rasa skeptis terhadap pengumuman yang dibuat NUG.

"Sejauh yang saya tahu, rakyat sendirilah yang masuk ke hutan dan menerima pelatihan," kata Wakil Ketua KNPP, Khu Oo Reh.

Khu mengakui, NUG sudah melakukan pembicaraan dengan banyak pemberontak tentang rencana membentuk milisi dari rakyat sipil.

"Namun sejujurnya, saya tidak tahu apakah niat mereka," jelas Khu seperti diberitakan AFP Rabu (5/5/2021).

Baca juga: Tentara Pemberontak Etnis Myanmar Tembak Jatuh Helikopter Militer

Kelompok yang bermukim di perbatasan timur Myanmar, yang menolak namanya diungkap, mengaku bingung dengan pernyataan NUG.

Sebelum pengumuman NUG, sejumlah kota yang menderita banyak korban sipil telah membentuk unit pertahanan mandiri.

Media pemerintah melaporkan pada Selasa (4/5/2021), lima demonstran tewas ketika mereka mencoba menanam bom di Bago.

Ledakan bom kini menjadi marak dalam beberapa pekan terakhir, terutama di mantan ibu kota Yangon.

Tatmadaw merespons dengan menyebut serangan itu merupakan ulah dari "para penghasut".

Baca juga: Kelompok Pemberontak Myanmar Serukan Pasukan Etnis Bersatu Lawan Militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com