BANGKOK, KOMPAS.com - Pemerintahan bayangan Myanmar mengumumkan pembentukan pasukan pertahanan rakyat untuk melindungi warga sipil dari junta militer.
Negara di Asia Tenggara itu menghadapi krisis sejak junta melakukan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi, 1 Februari lalu.
Perlawanan melalui unjuk rasa pun terjadi, dengan aparat berusaha membubarkan dengan menggunakan cara brutal.
Baca juga: Jurnalis Jepang Didakwa Junta Militer Myanmar Sebarkan Berita Bohong
Sejauh ini, 770 orang dilaporkan tewas. Junta juga mengakui adanya korban namun mengeklaim jumlahnya jauh lebih sedikit.
Sekelompok politisi yang menyebut diri sebagai "Pemerintah Bersatu Nasional (NUG)" mengumumkan adanya pasukan pertahanan rakyat.
Dalam pernyataannya, NUG menerangkan kelompok ini merupakan awal bagi terbentuknya "Tentara Perastuan Federal".
NUG mengacu kepada gagasan untuk membawa penentang junta militer dan pemberontak untuk bergabung sebagai tentara.
Beberapa pergerakan anti-kudeta sudah menyerukan kepada etnis yang memberontak untuk bersatu, dan melawan Tatmadaw, nama resmi junta Myanmar.
Beberapa kelompok etnis yang tak suka junta memberikan perlindungan, bahkan latihan kepada pengungsi yang masuk ke wilayahnya.
Baca juga: Dari Pelajar hingga Dokter Latihan Militer dengan Etnis Bersenjata untuk Lawan Junta
Namun lebih dari 20 grup menyuarakan rasa tidak percaya kepada etnis Bamar yang menjadi mayoritas, maupun yang berafiliasi dengan pemerintahan Suu Kyi.
Pejabat dari Partai Progresif Nasional Karenni (KNPP) menyatakan rasa skeptis terhadap pengumuman yang dibuat NUG.
"Sejauh yang saya tahu, rakyat sendirilah yang masuk ke hutan dan menerima pelatihan," kata Wakil Ketua KNPP, Khu Oo Reh.
Khu mengakui, NUG sudah melakukan pembicaraan dengan banyak pemberontak tentang rencana membentuk milisi dari rakyat sipil.
"Namun sejujurnya, saya tidak tahu apakah niat mereka," jelas Khu seperti diberitakan AFP Rabu (5/5/2021).
Baca juga: Tentara Pemberontak Etnis Myanmar Tembak Jatuh Helikopter Militer
Kelompok yang bermukim di perbatasan timur Myanmar, yang menolak namanya diungkap, mengaku bingung dengan pernyataan NUG.
Sebelum pengumuman NUG, sejumlah kota yang menderita banyak korban sipil telah membentuk unit pertahanan mandiri.
Media pemerintah melaporkan pada Selasa (4/5/2021), lima demonstran tewas ketika mereka mencoba menanam bom di Bago.
Ledakan bom kini menjadi marak dalam beberapa pekan terakhir, terutama di mantan ibu kota Yangon.
Tatmadaw merespons dengan menyebut serangan itu merupakan ulah dari "para penghasut".
Baca juga: Kelompok Pemberontak Myanmar Serukan Pasukan Etnis Bersatu Lawan Militer
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.