Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corona di India Renggut Banyak Nyawa, Badan Industri Pun Desak Pembatasan Ekonomi

Kompas.com - 03/05/2021, 05:43 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NEW DELHI, KOMPAS.com – Sebuah badan industri terkemuka di India mendesak pihak berwenang untuk membatasi aktivitas ekonomi guna menekan penyebaran Covid-19.

Presiden Confederation of Indian Industry (CII) Uday Kotak mengatakan, diperlukan respons tertinggi untuk memutus penyebaran Covid-19 di India yang masif.

Melansir Reuters, Minggu (2/4/2021), India melaporkan 392.488 kasus Covid-19 baru dalam 24 jam, menjadikan total kasus di negara tersebut tercatat 19,56 juta.

Baca juga: AS: Covid-19 di India Makin Parah, Lockdown Harus Segera Dilakukan

Angka kematian dalam 24 jam terakhir dilaporkan 3.689 jiwa, sehingga total korban meninggal akibat virus corona di India sebanyak 215.542 jiwa.

Direktur Pelaksana Kotak Mahindra Bank tersebut menambahkan, rumah sakit telah terisi penuh, pasokan oksigen medis menipis, dan kamar mayat serta krematorium kewalahan.

"Pada titik kritis ketika jumlah korban jiwa meningkat, CII mendesak langkah-langkah nasional terkuat termasuk membatasi kegiatan ekonomi untuk mengurangi penderitaan," kata Kotak.

Namun, pemerintah Perdana Menteri India Narendra Modi enggan memberlakukan lockdown karena khawatir tentang dampak ekonomi dari penutupan ekonomi.

Baca juga: Kerja Berat Penggali Makam Covid-19 India: Shift 24 Jam dan Tak Bisa Puasa

Di sisi lain, setidaknya 11 negara bagian dan wilayah persatuan telah memberlakukan berbagai bentuk pembatasan sosial.

Surat kabar Indian Express melaporkan pada Minggu bahwa gugus tugas Covid-19 di India bahkan telah menyarankan pemerintah pusat untuk memberlakukan lockdown nasional.

Negara bagian Odisha dan negara bagian Haryana menjadi wilayah terbaru yang mengumumkan lockdown pada Minggu, bergabung dengan Delhi, Maharashtra, Karnataka, dan West Bengal.

Negara bagian lain, termasuk Uttar Pradesh, Telangana, Assam, Andhra Pradesh, dan Rajasthan telah memberlakukan jam malam atau lockown akhir pekan.

Baca juga: Belajar dari India, Indonesia Harus Waspada Euforia Vaksin Corona

Ketakutan lockdown

Bulan lalu, Modi menyatakan, semua upaya harus dilakukan untuk menghindari lockdown.

Dia khawatir, lockdown akan membuat perekonomian India berkontraksi sebagaimana yang terjadi tahun lalu.

Tahun lalu, dia memberlakukan pembatasan ketat pada pergerakan dan aktivitas sosial dan ekonomi di bulan-bulan awal pandemi.

Hasilnya, output ekonomi India turun 24 persen pada April-Juni 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca juga: India Kehabisan Vaksin, Krisis Covid-19 Makin Parah

Di sisi lain, gelombang kedua virus corona di India yang mengamuk saat ini juga menyebabkan kekurangan staf medis.

Kotak menuturkan, petugas layanan kesehatan mungkin tidak dapat menangani masuknya pasien, mengingat beban kasus yang meningkat dan mereka membutuhkan penguatan.

Sementara itu, bantuan internasional telah mengalir masuk.

Berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan peralatan oksigen, alat kesehatan, dan bahan mentah untuk produksi vaksin.

Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan negaranya akan mengirim lebih banyak ventilator dalam waktu dekat.

Baca juga: India Catat 3.689 Kematian dalam 24 Jam, Angka Tertinggi Sejak Pandemi Dimulai

Pemerintah Modi telah dikritik karena tidak mengambil langkah-langkah sebelumnya untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Modi juga dibanjiri kritik karena membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak bermasker menghadiri festival keagamaan dan kegiatan politik yang ramai di lima negara bagian.

Pada Sabtu (1/5/2021), Reuters melaporkan, forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh pemerintah sudah memperingatkan para pejabat pada awal Maret tentang varian baru virus corona.

Varian baru virus corona di India itu disebut lebih menular.

Baca juga: Covid-19 Tak Pandang Bulu, Cerita Keluarga Mapan India Cari 15 RS Sebelum Ibunya Meninggal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com