Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Jenderal Perancis Keluarkan "Seruan Hasutan" Kudeta Militer, Macron Ancam Beri Hukuman

Kompas.com - 29/04/2021, 10:28 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron mengancam akan memberikan hukuman kepada para jenderal yang menandatangani surat "hasutan" kudeta militer. 

Dua puluh pensiunan jenderal, serta beberapa tentara yang masih bertugas, menandatangani surat yang memperingatkan bahwa kegagalan untuk tindakan melawan "kelompok pinggir kota", akan berakibat fatal.

Kelompok yang dimaksud adalah populasi imigran yang tinggal di pinggiran kota-kota Perancis, yang dikhawatirkan para jenderal ditumpangi ekstremis Muslim dan memicu perang saudara

Baca juga: Khawatir Ancaman China, Jepang Gelar Latihan Gabungan Bareng AS dan Perancis

Pemerintah Perancis sangat mengutuk surat para jenderal, yang dipublikasikan pada saat peringatan 60 tahun kudeta militer yang gagal oleh para jenderal, yang menentang Perancis memberikan kemerdekaan kepada Aljazair.

"Ini tindakan yang tidak terduga," kata Menteri Pertahanan Florence Parly pada Senin (26/4/2021) seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Selasa (27/4/2021). 

Menurutnya, anggota militer yang bertugas telah melanggar undang-undang yang mengharuskan netral secara politis.

"Akan ada konsekuensi," kata Parly, menambahkan bahwa dia telah menginstruksikan kepala staf angkatan darat untuk mendisiplinkan mereka.

Baca juga: Aksi Teror Wanita di Perancis Tewas Ditikam, Pelaku Ditembak Mati

Surat terbuka dipublikasikan di Valeurs Actuelles, majalah sayap kanan, yang mengklaim bahwa kudeta militer mungkin diperlukan untuk menghentikan "perang saudara" di Perancis.

Meski mendapat kecaman dari pemerintah dan partai sayap kiri, Marine Le Pen mendukung surat yang ditandatangani oleh 80 perwira, serta 20 jenderal tersebut.

"Saya mengundang Anda untuk bergabung dengan kami untuk mengambil bagian dalam pertempuran yang akan datang, yang merupakan pertempuran Perancis," ujar Marine Le Pen, politikus sayap kanan Perancis menanggapi surat itu.

Le Pen, rival Macron dalam pemilu lalu, dikritik secara luas oleh lawan-lawannya di kiri dan kanan karena tawarannya kepada para tentara di balik "seruan untuk menghasut", menurut harian sayap kiri, Liberation.

Baca juga: PM Perancis Dapat Kiriman 200 Paket Pakaian Dalam Wanita karena Aturan Lockdown

Tokoh utama yang menandatangani surat "hasutan" tersebut adalah Christian Piquemal (80 tahun) yang memimpin Legiun Asing Perancis sebelum kehilangan hak istimewa sebagai pensiunan perwira, setelah ditangkap saat mengambil bagian dalam demonstrasi anti-Islam pada 2016.

Surat terbuka para tentara itu berbunyi, "Perancis dalam bahaya. Beberapa bahaya mematikan mengancam. Bahkan di masa pensiun, kami tetap menjadi tentara Perancis dan dalam keadaan sekarang, tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap nasib negara kami yang indah."

Para pensiunan perwira tersebut mengklaim bahwa Perancis "hancur dengan kelompok ekstremis Muslim dari gerombolan banlieue (pinggiran kota), yang memisahkan sebagian besar negara dan mengubahnya menjadi wilayah yang tunduk pada dogma-dogma yang bertentangan dengan konstitusi kami".

Baca juga: Partai Radikal Pakistan Lepaskan 11 Polisi Setelah Demo Anti-Perancis

Surat itu mengklaim bahwa Perancis akan "meledak" menjadi perang suadara, jika "tidak ada yang dilakukan", yang akan menyebabkan kematian ribuan orang.

Mereka juga mengklaim memiliki dukungan luas di militer dan "siap mendukung" politisi yang berfokus pada "keselamatan suatu bangsa".

Le Pen memberikan dukungan mereka pada surat itu, dengan mengatakan itu mencerminkan pandangan "patriot", seperti Jenderal Pierre de Villiers, mantan kepala staf pertahanan, yang dipecat oleh Macron pada 2017.

Baca juga: Perancis Imbau Semua Warganya Tinggalkan Pakistan, Ada Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com