Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penindasan Kelompok Agama Minoritas di China dan Myanmar Terparah di Dunia

Kompas.com - 21/04/2021, 10:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

BELGIA, KOMPAS.com - Pelanggaran kebebasan beragama meningkat dan penindasan terjadi di lebih dari 25 negara, di antaranya China dan Myanmar, yang dicatat memiliki kasus terparah.

Kebebasan Beragama dalam Laporan Dunia pada 2019-2020, yang dirilis pada Selasa (20/4/2021), menyebutkan bahwa di beberapa negara seperti, Niger, Turki, dan Pakistan, prasangka terhadap kelompok agama minoritas membuat mereka disudutkan.

Melansir Reuters pada Rabu (21/4/2021), penduduk setempat menyalahkan kelompok agama minoritas atas pandemi Covid-19 dan mempersulit mereka mengakses bantuan medis.

Baca juga: Facebook: Mata-mata Dunia Maya China Targetkan Ratusan Pendukung Muslim Uighur

Laporan setebal 800 halaman disiapkan oleh Bantuan untuk Gereja yang Membutuhkan (ACN), sebuah badan amal Katolik sedunia yang mempelajari pelanggaran kebebasan semua agama.

Laporan terakhir menempatkan 26 negara dalam kategori "merah" yang menunjukkan adanya praktik penganiayaan, dibandingkan dengan 21 negara dalam laporan 2 tahun lalu sebelumnya.

Sementara, 36 negara dalam kategori "oranye" yang menunjukkan diskriminasi, dibandingkan dengan 17 negara pada 2 tahun lalu.

Laporan tersebut menggambarkan diskriminasi, seperti ketika hukum atau aturan berlaku untuk kelompok tertentu dan tidak untuk semua, dan penganiayaan, seperti ketika ada program aktif untuk menundukkan orang berdasarkan agama.

Baca juga: Laporan Independen Ungkap Bukti Beijing Berniat Hancurkan Kelompok Minoritas Muslim Uighur

"Telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam keparahan penganiayaan dan penindasan bermotif agama," kata laporan itu, yang sangat tinggi di China dan Myanmar.

"Peralatan penindasan yang dibangun oleh Partai Komunis China (PKC) dalam beberapa tahun terakhir...disetel dengan baik, menyebar, dan canggih secara teknologi," kata laporan itu.

Pelanggaran paling mengerikan terjadi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, "di mana kekejaman telah mencapai skala sedemikian rupa, sehingga semakin banyak ahli yang menggambarkan mereka sebagai genosida", katanya.

Pada Februari, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendukung tekad pada menit-menit terakhir Trump bahwa China telah melakukan tindakan genosida di Xinjiang dan mengatakan Amerika Serikat harus siap untuk memberi sanksi kepada China.

Baca juga: Militer Myanmar Bantah Pengakuan 2 Tentara tentang Rencana Pemusnahan Muslim Rohingya

China mengatakan kompleks yang didirikannya di Xinjiang menyediakan pelatihan kejuruan, untuk membantu memberantas ekstremisme dan separatisme Islam.

Kementerian luar negeri China menyebut tuduhan kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai "rumor dan fitnah yang tidak berdasar".

Laporan ACN mengatakan, selain kelompok Muslim, hierarki Katolik di China "terus mengalami pelecehan dan penangkapan".

Meskipun ada kesepakatan penting yang ditandatangani pada 2018 antara Beijing dan Vatikan tentang pengangkatan uskup di pusat daratan China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Prancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Prancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Global
Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Global
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Liga Arab Desak Gencatan Senjata Segera dan Permanen di Gaza

Liga Arab Desak Gencatan Senjata Segera dan Permanen di Gaza

Global
Abaikan Peringatan Internasional, Israel Bersumpah Intensifkan Serangan Darat di Rafah Gaza

Abaikan Peringatan Internasional, Israel Bersumpah Intensifkan Serangan Darat di Rafah Gaza

Global
Liga Arab Serukan Penempatan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Palestina

Liga Arab Serukan Penempatan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Palestina

Global
[POPULER GLOBAL] 'Israel Akan Incar Turkiye' | Kondisi PM Slovakia Usai Ditembak

[POPULER GLOBAL] "Israel Akan Incar Turkiye" | Kondisi PM Slovakia Usai Ditembak

Global
5 Tentara Israel Tewas Ditembak Tanknya Sendiri di Gaza Utara

5 Tentara Israel Tewas Ditembak Tanknya Sendiri di Gaza Utara

Global
AS Makin Agresif, Xi Jinping-Putin Perdalam Hubungan Militernya

AS Makin Agresif, Xi Jinping-Putin Perdalam Hubungan Militernya

Global
Ukraina Tuduh Rusia Menahan dan Bunuh Warga Sipil di Kharkiv

Ukraina Tuduh Rusia Menahan dan Bunuh Warga Sipil di Kharkiv

Global
Pesawat Jatuh di Tennessee, 3 Tewas, Puing-puing Berserakan

Pesawat Jatuh di Tennessee, 3 Tewas, Puing-puing Berserakan

Global
Hezbollah Luncurkan 60 Roket Lebih ke Israel

Hezbollah Luncurkan 60 Roket Lebih ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com