Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Pentagon Klaim Punya Mikrochip dan Filter Darah untuk Atasi Covid-19

Kompas.com - 12/04/2021, 18:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ilmuwan Pentagon yang bekerja di dalam unit rahasia yang didirikan sejak masa Perang Dingin telah membuat mikrochip yang akan mendeteksi infeksi Covid-19.

Selain alat yang bisa dimasukkan di bawah kulit itu, tim ini juga mengklaim memiliki filter revolusioner yang dapat mengeluarkan virus dari darah saat dipasang dengan mesin dialisis.

Baca juga: Sudah Tepat, Chile Bela Vaksin Covid-19 Sinovac di Tengah Isu Soal Efektivitas Penggunaan

Tim di Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mencegah dan mengakhiri pandemi.

Mereka menilai masalah dan menemukan solusi cerdik, yang terkadang membuat pekerjaannya lebih terlihat sebagai novel fiksi ilmiah daripada hasil laboratorium.

Kepada acara wawancara eksklusif 60 Minutes pada Minggu malam (11/4/2021), mereka menunjukkan salah satu penemuan terbarunya berupa mikrochip, yang mendeteksi infeksi Covid-19 pada seseorang sebelum menjadi wabah.

Daily Mail melaporkan pada Senin (12/4/2021), mikrochip ini memicu kekhawatiran di antara beberapa orang. Terlebih terkait isu lembaga pemerintah yang menanamkan microchip pada warganya.

Pejabat yang berbicara dengan tim 60 Menit mengatakan Pentagon tidak ingin melacak setiap gerakan warganya dengan ini. Tapi penjelasan yang lebih rinci tidak diberikan.

Baca juga: Bertempur Lawan AI, DARPA Kaget Pilot F-16 Berpengalaman Kalah 5 Kali Beruntun

Pensiunan Kolonel Matt Hepburn, seorang dokter tentara spesialis penyakit menular yang memimpin tanggapan DARPA terhadap pandemi, menunjukkan kepada tim 60 Menit sebuah gel seperti tisu, yang direkayasa untuk terus-menerus menguji darah manusia.

“Anda dapat meletakkannya di bawah kulit. Ini akan memberitahu jika ada reaksi kimia tertentu yang terjadi di dalam tubuh. Sinyal itu berarti Anda akan mengalami gejala besok,'' jelasnya.

Dia mengatakan timnya terinspirasi oleh perjuangan untuk membendung penyebaran virus di Kapal USS Theodore Roosevelt. Di sana 1.271 anggota kru dinyatakan positif mengidap virus Covid-19.

“Ini seperti lampu, mesin pemeriksa. Pelaut akan mendapatkan sinyal (jika terinfeksi), kemudian melakukan pengambilan darah sendiri dan menguji diri mereka sendiri di lokasi.”

Dengan ini, kami dapat memperoleh informasi infeksi dalam tiga hingga lima menit.

"Semakin cepat memotong waktu (deteksi virus), akan mempercepat diagnosis dan pengobatan. Apa yang dilakukan dengan itu (mikrochip), adalah menghentikan infeksi pada jalurnya."

Pasukan militer cenderung sangat skeptis terhadap penemuan baru ini.

Baca juga: Pentagon Tunda Beri Vaksin Covid-19 ke Teroris Guantanamo

Pada Februari, The New York Times melaporkan sepertiga pasukan telah menolak menerima vaksin.

Mereka kekhawatiran vaksin tersebut mengandung mikrochip yang dirancang untuk memantau penerimanya. Ada juga isu bahwa itu akan secara permanen menonaktifkan sistem kekebalan tubuh atau bahwa itu adalah semacam bentuk kontrol pemerintah.

Filter darah

Penemuan lain dari tim Hepburn adalah filter, yang ditempatkan pada mesin dialisis diklaim dapat menghilangkan virus dari darah.

Hepburn menerangkan perawatan empat hari eksperimental diberikan kepada "Pasien 16", pasangan militer, yang berada di ICU dengan kegagalan organ dan syok septik.

Dalam beberapa hari, “Pasien 16” diklaim sembuh total.

FDA telah mengesahkan filter tersebut untuk penggunaan darurat. Teknologi ini juga disebut sudah digunakan untuk merawat hampir 300 pasien yang sakit kritis.

Sementara, Badan Pentagon lainnya, Joint Pathology Institute, mempelajari sampel jaringan dari tentara dan pelaut yang terinfeksi patogen di seluruh dunia.

Di laboratoriumnya juga ada “jaringan” dari pasien yang terinfeksi Flu Spanyol 100 tahun yang lalu.

Pada 2005 sebuah tim dari rumah sakit Mount Sinai dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) berhasil membuat ulang virus tersebut.

Mereka juga mengklaim telah memproduksi antibodi terhadap virus yang mematikan itu.

Baca juga: Ketua DPR AS dan Jenderal Pentagon Bahas Cara Mencegah Trump Melakukan Aksi Militer

Seorang anggota tim, Dr James Crowe, telah menemukan cara untuk antibodi dalam sampel darah dalam waktu singkat. Teknologi itu akan mengurangi waktu pembentukan antibodi dari biasanya 6 hingga 24 bulan menjadi 78 hari.

Teknologi yang dia kembangkan disebut juga digunakan untuk membantu membuat antibodi melawan Covid-19.

Mereka saat ini sedang mencari cara untuk mempercepat pembentukan antibodi. Sebuah proses yang saat ini membutuhkan waktu tiga minggu untuk 7.500 dosis.

"Kami mulai dari sampel darah dari penderita yang sudah sembuh, dan usai proses itu, suntikan untuk menyembuhkan dapat diberikan dalam 60 hari," katanya.

Ilmuwan lain, Dr Kayvon Modjarrad, saat ini sedang mencoba membuat vaksin untuk melawan semua virus corona.

“Ini bukan fiksi ilmiah, ini fakta ilmiah. Kami memiliki alat, kami memiliki teknologi, untuk melakukan semua ini sekarang juga.”

Dia mengatakan tujuan inovasi ini adalah untuk dapat menginokulasi orang dari virus mematikan yang bahkan belum teridentifikasi.

“(Ini untuk)Virus pembunuh yang belum kita lihat atau bahkan bayangkan. Kita akan terlindungi dari itu,” katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com