YANGON, KOMPAS.com - Seorang anak menangisi temannya, seorang bocah 13 tahun yang ditembak mati oleh aparat Myanmar.
Rekaman yang diunggah jurnalis bernama Shoon Naing itu menunjukkan bocah itu meratapi teman bermainnya, Sai Wan Yan.
Sai tewas ditembak pada Sabtu (27/3/2021) di Yangon, yang merupakan kota terbesar di Burma, nama lama Myanmar.
Baca juga: Serangan Sampah Pengunjuk Rasa Myanmar Jadi Taktik Baru Lawan Junta Militer
Anak itu harus digendong untuk bisa melihat jenazah temannya, sebelum dia dikuburkan Minggu (28/3/2021).
Keduanya tengah bermain bersama di rumah Sai Wan di permukiman Mingalar Taungnynt ketika aparat Myanmar datang dan menembak.
This kid is crying at the funeral of his playmate Sai Wai Yan,13, who was shot dead on March 27. When the shootings started, they ran together hand in hand but his friend got shot and fall down. Video taken by journalist @HtetHak on Sunday. #WhatsHappeninglnMyanmar #March29Coup pic.twitter.com/t4SG7R0w0o
— Shoon Naing (@Shoon_Naing) March 29, 2021
Dua sahabat itu segera melarikan diri sambil bergandengan tangan. Namun Sai ditembak di kepala dan tumbang, dilaporkan Reuters.
Warga setempat mengungkapkan, penegak hukum datang dan menembaki daerah itu meski tidak ada demonstrasi.
Dilansir Daily Mail Senin (29/3/2021), tetangga menuturkan mereka melihat jenazah bocah 13 tahun itu dibawa memakai kantong plastik.
"Rambut saya dicat warna merah oleh teman saya (Sai Wan) dua hari sebelum dia tewas," kata anak itu kepada jurnalis lokal, Htet Arkar.
Baca juga: Pimpinan Junta Militer Myanmar Gelar Pesta Mewah pada Hari Paling Berdarah sejak Kudeta
Bocah itu mengatakan Festival Thingyan akan dimulai sebentar lagi, sehingga Sai Wan mewarnai rambut temannya.
Kematian Sai Wan diratapi oleh ibunya. "Engkau tega meninggalkan ibumu. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu anakku?" isaknya.
Sai Wan merupakan satu dari setidaknya 114 orang korban tewas dalam demonstrasi yang berlangsung Sabtu.
Presiden AS Joe Biden menyuarakan dengan keras hari paling berdarah sejak junta militer melakukan kudeta 1 Februari lalu.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Ekonomi kepada Myanmar Setelah Lebih dari 100 Orang Tewas dalam Sehari
Junta membunuh lebih dari 500 orang, termasuk anak-anak, dalam penindakan brutal merespons unjuk rasa menentang kudeta.
"Ini benar-benar mengejutkan. Dari laporan yang saya dapatkan, mereka membunuh warga yang tak bersalah," kecam Biden.
Adapun Uni Eropa melalui diplomat topnya, Josep Borrell, menyoroti junta yang malah berpesta di saat tentaranya membantai ratusan warga sipil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.