YANGON, KOMPAS.com - Sedikitnya 54 orang pengunjuk rasa Myanmar tewas dan 1.700 lebih pedemo lainnya ditangkap, sejak kudeta militer terjadi pada 1 Februari, menurut kepala HAM PBB pada Kamis (4/3/2021).
Badan HAM PBB pun menuntut agar militer Myanmar segera berhenti membunuh para demonstran.
Komentar PBB keluar setelah demo Myanmar pada Rabu (3/3/2021) berubah menjadi hari paling mematikan, dengan 38 nyawa melayang.
Baca juga: Protes Kudeta Militer di Myanmar Makin Besar, Ingatkan Peristiwa 1998 di Indonesia
Kepala HAM PBB Michelle Bachelet mendesak militer Myanmar untuk menghentikan tindakan keras mereka terhadap para pengunjuk rasa damai.
"Militer Myanmar harus berhenti membunuh dan memenjarakan para demonstran," katanya dikutip dari AFP.
"Benar-benar tak bisa diterima bahwa aparat keamanan menembakkan peluru tajam kepada pengunjuk rasa damai di seluruh negeri," tambahnya.
Bachelet melanjutkan, dia juga terkejut dengan serangan yang didokumentasikan terhadap staf medis darurat, dan ambulans yang berusaha menolong orang-orang yang terluka.
Baca juga: Suster di Myanmar Menangis dan Berlutut di Hadapan Polisi, Memohon agar Demonstran Tak Ditangkapi