Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syekh Ahmed Zaki Yamani, Eks Menteri Perminyakan Arab Saudi yang Membuat Barat Bertekuk Lutut, Meninggal

Kompas.com - 24/02/2021, 10:55 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber NPR

RIYADH, KOMPAS.com – Mantan Menteri Perminyakan Arab Saudi Syekh Ahmed Zaki Yamani meninggal dunia di London, Inggris, pada Senin (22/2/2021) dalam usia 90 tahun.

Yamani merupakan tokoh penting dalam melambungkan Kerajaan Arab Saudi menjadi negara yang bangkit dan memiliki kekuatan karena minyak bumi.

Selain itu, Yamani memegang pengaruh besar di panggung global selama hampir 25 tahun menjadi Menteri Perminyakan Arab Saudi sejak.

Nama Yamani semakin terkenal ketika menginisiasi embargo minyak pada 1973 yang membuat Barat bertekuk lutut sebagaimana dilansir dari NPR, Selas (23/2/2021).

Baca juga: Houthi Klaim Serang 2 Bandara di Arab Saudi dengan Drone

Yamani lahir di kota suci Mekkah dan tumbuh menjadi seorang Muslim yang taat. Dia merupakan putra seorang hakim yang mengajarinya berdebat dan berpikir logis.

Yamani memperoleh gelar pendidikan tinggi di luar negeri di sebuah universitas di Kairo, Universitas New York, dan Universitas Harvard.

Setelah itu, dia kembali ke Arab Saudi dan mendapatkan reputasi sebagai pengacara yang brilian dan sebagai kolumnis surat kabar.

Kiprah Yamani menarik perhatian Raja Faisal. Raja Arab Saudi tersebut lalu memberikan Yamani jabatan sebagai Menteri Perminyakan, sebuah keputusan yang mengejutkan banyak pihak.

Baca juga: Biden Tidak Berencana Menghubungi Putra Mahkota Arab Saudi, Kenapa?

Pengangkatan Yamani tersebut ditulis oleh Ellen Wald, penulis buku Saudi, Inc., yang membeberkan sejarah industri perminyakan Arab Saudi.

"Yamani bukanlah spesialis pasar minyak, dia adalah seorang pengacara dan negosiator yang sangat lihai," kata Wald.

"Dan di akhir dekade 1960-an dan 1970-an, (kemampuan negosiasi) itulah yang dibutuhkan Arab Saudi," tulis Wald.

Ketika Yamani memperoleh jabatan itu, Amerika Serikat (AS) mendominasi perdagangan minyak dunia dan Arab Saudi hanyalah produsen minyak kelas menengah, menurut The Wall Street Journal.

Baca juga: Pemberontak Houthi Janji Tak Serang Arab Saudi Lagi, asalkan...

Sebagai menteri perminyakan, Yamani dengan cepat mengonsolidasikan reputasi negara sebagai kepala Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Setelah Perang Timur Tengah 1973, di mana Mesir, Suriah, dan sekutunya melancarkan serangan terhadap Israel, negara-negara anggota OPEC di Arab menyerukan embargo minyak untuk memprotes dukungan AS terhadap Israel.

Akibatnya, harga minyak mentah meroket. Hal itu membuat stasiun pengisian bahan bakar di seluruh AS dibanjiri antrean kendaraan.

Daniel Yergin, penulis The New Map yang merupakan sebuah buku tentang energi dan perubahan iklim, mengatakan Yamani merupakan sosok di balik embargo minyak.

Baca juga: Aktivis yang Baru Dibabaskan Arab Saudi, Klaim Alami Pelecehan Seksual dan Penyiksaan Selama Interogasi

"Arab Saudi, setelah krisis minyak pada 1973, menjadi negara yang sangat kaya dan menjadi bagian yang sangat penting dari perekonomian dunia,” ujar Yergin.

Dia menambahkan, Arab Saudi lantas didekati oleh bank-bank Barat dan memiliki pendapatan yang benar-benar melambung.

"Dan Yamani benar-benar pria di balik itu semua,” ujar Yergin.

Juga pada awal 1970-an, Yamani memulai proses negosiasi yang panjang untuk kontrol Arab Saudi atas apa yang saat itu disebut Arabian American Oil Co.

Perusahaan itu dulunya dikendalikan oleh empat perusahaan minyak AS yakni Exxon, Chevron, Mobil, dan Texaco.

Baca juga: Arab Saudi Diserang Drone Houthi, Pesawat Penumpang Kena Tembak

Yergin mengatakan, Yamani memainkan kartunya dengan sangat hati-hati.

Dia menegosiasikan kesepakatan yang memungkinkan kerajaan mengendalikan perusahaan, yang sekarang dikenal sebagai Saudi Aramco, tanpa mengganggu pelayanan.

"Arab Saudi tidak hanya merebut Aramco dari perusahaan-perusahaan Barat, tetapi juga merundingkan partisipasi ini,” kata Yergin.

“Jadi pada 1980-an, dia memiliki kendali penuh, tetapi juga akhirnya mempertahankan hubungan yang sangat baik dengan perusahaan-perusahaan itu dan memandang mereka untuk teknologi dan bahkan personel,” imbuh Yergin.

Saat ini, Aramco adalah salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia.

Baca juga: Pesawat Penumpang Terkena Serangan Drone di Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com