Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Nekat Demo, Militer Myanmar Ancam Demonstran Hukuman 20 Tahun Penjara

Kompas.com - 15/02/2021, 17:13 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC,Arab News

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Militer Myanmar mengancam demonstran bahwa mereka dapat menghadapi hukuman 20 tahun penjara jika menghalangi angkatan bersenjata.

Junta militer juga mengancam bakal menjatuhkan hukuman kurungan dan denda bagi siapa pun yang melakukan penghasutan atau penghinaan terhadap pemimpin militer.

Ancaman tersebut diserukan ketika kendaraan lapis baja dikerahkan di jalanan beberapa kota di Myanmar, Senin (15/2/2021).

Sementara itu, ratusan ribu orang ambil bagian dalam aksi unjuk rasa menentang kudeta selama beberapa hari terakhir sebagaimana dilansir dari BBC.

Baca juga: Kedubes AS Keluarkan Peringatan agar Warganya di Myanmar Tetap Berlindung

Para demonstran menuntut pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi beserta sejumlah tokoh lainnya yang ditahan junta militer.

Pada Senin, pengacara Suu Kyi, Khin Maung Zaw, mengatakan bahwa Suu Kyi masih akan tetap ditahan selama dua hari ke depan.

Suu Kyi kemudian akan diadili dalam sidang di pengadilan Naypyidaw pada Rabu (17/2/2021).

Suu Kyi beserta sejumlah pejabat dari Partai National League for Democracy (NLD) ditangkap militer Myanmar pada 1 Februari.

Baca juga: Rakyat Myanmar Panik, Muncul Kabar Militer Kerahkan Preman untuk Buat Kerusuhan

Militer berdalih, Suu Kyi ditahan karena kepemilikan perangkat komunikasi ilegal, termasuk walkie-talkie yang digunakan oleh staf keamanannya.

Partai NLD-nya Aung San Suu Kyi sebenarnya memenangi pemilu Myanmar yang digelar pada 2020.

Namun kemenangan tersebut ditolak oleh militer Myanmar dan menyebut ada kecurangan dalam pemilu tersebut.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, rakyat Myanmar panik dan khawatir setelah muncul kabar bahwa militer mengerahkan para preman untuk menciptakan kerusuhan.

Baca juga: Demo Myanmar Memanas, Militer Tembaki Massa, Kerahkan Kendaraan Lapis Baja

Para preman tersebut diduga bekerja untuk militer dan berencana melakukan pembakaran, perampokan, dan merancuni sumur milik umum sebagaimana dilansir dari Arab News, Sabtu (13/2/2021).

Rakyat Myanmar juga semakin waswas setelah junta militer membebaskan 23.000 tahanan pada Jumat (12/2/2021) melalui amnesti.

Salah satu warga Hlaing di Yangon, Aye Kyu (54) mengatakan bahwa dia dan tetangganya berjaga-jaga di wilayah tempat tinggalnya setiap malam.

Mereka mulai meronda sejak Jumat ketika junta militer membebaskan lebih dari 23.000 tahanan.

Baca juga: Internet Mati Lagi Se-Myanmar, Militer Makin Keras Menindak Massa

"Itu sangat mirip dengan situasi hanya beberapa hari sebelum penumpasan brutal militer terhadap pengunjuk rasa pada 1988," kata Aye kepada Arab News.

Dia menambahkan, kala itu junta militer juga mengerahkan para preman untuk menciptakan kerusuhan dan kekacauan.

“Mereka sekarang membutuhkan alasan untuk menindak kami. Jadi mereka menciptakan situasi kacau dengan membuat orang merasa tidak aman dan merespons dengan panik,” imbuh Aye.

Baca juga: Militer Wajibkan Warga Myanmar Lapor Tamu yang Menginap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com