Kadang kala, menurut Yang, para pedagang mengajak pelanggan ke rumah mereka untuk melihatkan ruangan yang penuh dengan pakaian dan kosmetik.
Baca juga: [Cerita Dunia] 25 Tahun Hari Korban Kejahatan Nazi Hitler
Infonya, harga kosmetik-kosmetik ilegal asal negara K-pop itu dibandrol lebih mahal, bisa 2-3 kali lipat dari harga produk Korea Utara atau China.
Perumpamaannya membeli 1 maskara atau lipstik dari Korea Selatan sama dengan dia harus membayar beras selama 2 pekan.
Negara komunis dan tertutup, seperti Korea Utara, menurut klaimnya juga memiliki produk kecantikan.
Meski, tidak ada yang diakui dunia internasional. Media pemerintah KCNA, menyatakan bahwa industri kosmetiknya berkembang pesat.
Pada November, Pyongyang menjadi tuan rumah dalam perhelatan kosmetik nasional, yang mana ada "lebih dari 137.000 produk kecantikan" disajikan.
Menurut KCNA, produk-produk yang dipamerkan meliputi, "sabun untuk membantu menghilangkan bahan limbah dari kulit dan kosmetik fungsional untuk sirkulasi darah, barang kecantikan dan kosmetik anti-penuaan".
Pabrik kosmetik pertama Korea Utara dibangun oleh Kim Il Sung, pendiri negara komunis, pada 1949.
Kakek Kim Jong Un, saat itu menggunakan kosmetik sebagai alat untuk meningkatkan moral prajurit wanita dalam Manchuria, selama perang dengan Jepang.
Ia menyadari bahwa kecantikan memiliki kekuatan dalam mengubah pemikiran orang sejak dini.
Kim Jong Un meneruskannya warisannya degan berinvestasi di merek dagang domestiknya, Unhasu dan Bomhyanggi.
Kim berambisi untuk membawa 2 merek itu menjadi "kosmetik terbaik dunia", menurut informasi kantor berita negara KCNA pada 2017, yang bersumber dari CNN Style.
Baca juga: [Cerita Dunia] Krisis Suez dan Melemahnya Kekuatan Kolonialis Lama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.