Menurut sumber dari CNN Style yang diwawancarai, yaitu 2 orang yang membelot antara 2010 dan 2015, bahwa menggunakan pakaian yang dianggap "kebarat-baratan" akan dikenakan sanksi.
Kategori pakaian kebarat-baratan itu, contohnya seperti rok mini, kemeja dengan bertuliskan bahasa Inggris, dan jins ketat.
Sanksi itu di antaranya adalah denda kecil, penghinaan, hingga hukuman di depan umum. Di setiap wilayah memiliki aturan yang berebeda.
Menurut informasi dari CNN, pemberian hukumannya bergantung pada dugaan pelanggaran atau unit patroli.
Para pembelot tersebut mengungkapkan ada beberapa pelanggar dibuat berdiri di tengah alun-alun kota dan menanggung kritik keras dari petugas.
Sementara ada yang lainnya, diperintahkan untuk melakukan kerja paksa.
Nam Sung-wook, seorang profesor studi Korea Utara di Universitas Korea berkata dikutip dari CNN, "Banyak wanita diinstruksikan atau dinasihati oleh pihak lingkungan rumah, sekolah, atau organisasi (mereka) untuk menggunakan pakaian rapi dan berpenampilan bersih."
Baca juga: [Cerita Dunia] Es Krim yang Populer ketika Alkohol Dilarang di Amerika Sebelum Perang Dunia II
Lantas, apakah di Korea Utara tidak ada akses untuk mendapatkan informasi dari luar rezim Kim?
Jangmadang, yang diterjemahkan sebagai pasar.
Di situ Korea Utara mendapatkan berbagai hal yang dibutuhkan, termasuk barang-barang ilegal, seperti konten luar negeri, film, video musik yang disalin ke USB, CD, Kartu SD dari Korea Selatan atau China.
Jangmadang mulai terkenal selama krisis kelaparan hebat pada 1990, ketika masyarakat baru menyedari bahwa mereka tidak dapat bergantung pada jatah pemerintah.
Di sana juga menjadi tempat untuk banyak organisasi HAM mengirimkan informasi yang menantang rezim, seperti yang dilansir dari CNN.
"Kaum muda perkotaan Korea Utara mendapatkan budaya dari dunia luar," kata Sokeel Park, Direktur Penelitian dan Strategi untuk kelompok HAM di Korea Utara dari Korea Selatan.
Joo Yang, wanita perancang perhiasan mengatakan bahwa sebelum dia membelot ke Korea Selatan pada 2010, ia dan teman-temannya biasa mengunjungi Jangmadang, untuk menemukan USB dnegan film dan video musik populer dari Korea Selatan.
Di pasar gelap itu, kata Yang kepada CNN, pembelot wanita akan berbicara dengan aksen Seoul yang berbeda untuk menarik perhatian wanita muda yang telah mengenal budaya Korea Selatan.