Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Myanmar, Negara-negara Ini Juga Baru Saja Terancam Kudeta Militer

Kompas.com - 01/02/2021, 18:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Tentara sejak itu akan mengawasi masa transisi dua tahun yang diikuti dengan pemilihan umum. Dia juga mengatakan keadaan darurat tiga bulan sedang diberlakukan.

Presiden Omar al-Bashir telah ditahan di Khartoum, Sudan 11 April 2019. Namun tidak jelas apa yang akan terjadi padanya setelah penangkapannya.

Menurut BBC, kudeta militer di Sudan terjadi tanpa arah yang jelas tentang bagaimana para jenderal berencana untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan sipil.

Ketakutannya adalah mereka tidak memiliki niat seperti itu. Kudeta yang dilakukan elite keamanan disebut memproyeksi, kejatuhan Omar al-Bashir dan pemberlakuan jam malam akan memberi mereka waktu dan mengakhiri protes berkepanjangan di negara itu.

Namun jika demikian, militer disebut melakukan kesalahan perhitungan yang serius. Militer memiliki senjata dan kapasitas untuk melakukan represi brutal. Tapi tindakan keras dinilai tidak akan menyelesaikan krisis ekonomi putus asa yang membawa kebencian selama bertahun-tahun ke jalanan Desember lalu.

Pasalnya protes di Sudan awalnya dipicu oleh kenaikan biaya hidup. Baru kemudian para demonstran mulai menyerukan agar presiden mundur dan pemerintahannya mundur.

Baca juga: Deretan Kontroversi Min Aung Hlaing, Jenderal di Balik Kudeta Myanmar

5. Gabon

Pemerintah Gabon akhirnya mengumumkan kondisi negara sudah terkendali menyusul percobaan kudeta yang dilancarkan pasukan militernya pada awal tahun 2019.

Sebelumnya, lima tentara dilaporkan menguasai stasiun radio nasional pada pukul 04:30 waktu setempat. Mereka membacakan pernyataan singkat yang mengumumkan "Dewan Restorasi Nasional".

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat tiga tentara muda di studio radio mengenakan seragam militer dan memegang senjata. Para pemberontak meminta tentara mengendalikan sistem transportasi, cadangan amunisi dan bandara "untuk kepentingan bangsa".

Juru bicara pemerintah, Bertrand Mapangou, menyatakan pihak berwenang telah menangkap kelima pemberontak yang mencoba untuk mengambil alih pemerintahan.

Dilaporkan oleh BBC, para perwira yunior mengklaim mereka merebut kekuasaan "untuk memulihkan demokrasi" di Gabon yang kaya minyak.

Mapangou mengatakan bahwa para jenderal militer, masyarakat sipil dan pemimpin oposisi yang disebutkan dalam pernyataan pemberontak sebagai pendukung potensial akan diselidiki.

Pemimpin Gabon ketika itu, Ali Bongo menggantikan ayahnya Omar Bongo sebagai presiden pada 2009. Dia memenangkan pemilihan ulang pada tahun 2016 dalam sebuah jajak pendapat yang dirusak oleh kekerasan dan tuduhan penipuan.

Bongo, yang saat itu telah berada di luar negeri selama dua bulan, dilaporkan menderita stroke pada bulan Oktober dan menerima perawatan di Maroko.

Dia berusaha untuk mengakhiri rumor tentang kesehatannya dengan pesan tahun baru di televisi di mana dia mengatakan dia merasa baik-baik saja.

Tentara mengatakan mereka kecewa dengan pesan itu, menyebutnya "pemandangan yang menyedihkan" dan "upaya tanpa henti untuk mempertahankan kekuasaan."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com