Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNHRC Nyatakan Italia Gagal Lindungi Nyawa 200 Migran pada 2013

Kompas.com - 28/01/2021, 18:06 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNHRC pada Rabu (27/1/2021) waktu setempat menyatakan, Italia gagal melindungi nyawa para migran lantaran menunda misi penyelamatan kapal yang tenggelam di Laut Mediterania.

Melansir The Guardian, Kamis (28/1/2021), lebih dari 200 orang tenggelam pada Jumat (11/10/2013) setelah permintaan bantuan berulang kali diabaikan Italia.

Adapun, pernyataan tersebut keluar sebagai tindak lanjut atas laporan kasus yang dibawa para penyintas Suriah dan Palestina yang kehilangan kerabat mereka.

Menurut laporan tersebut, ketika meninggalkan Libya, kapal itu membawa 400 orang yang kebanyakan warga Suriah. Kapal itu mengirimkan panggilan bantuan setelah tembakan dilepaskan dari kapal lain.

Baca juga: Sekitar 140 Migran Afrika Tenggelam dalam Kecelakaan di Lepas Pantai Senegal

Hasil penyelidikan menyebutkan, pihak berwenang Italia menanggapi panggilan darurat tersebut dengan meneruskannya ke penjaga pantai Malta. Baru hampir lima jam kemudian, ketika kapal sudah terbalik, sebuah perahu Malta tiba di lokasi.

Anggota komisi Hélène Tigroudja mengatakan, bila pihak berwenang Italia segera mengarahkan kapal angkatan laut dan perahu penjaga pantai begitu panggilan darurat diterima, penyelamatan akan datang paling lambat dua jam sebelum kapal tenggelam.

"Kecelakaan itu terjadi di perairan internasional dalam zona pencarian dan penyelamatan Malta, tetapi lokasinya memang paling dekat dengan Italia dan salah satu kapal angkatan lautnya," ujarnya.

UNHRC mengatakan, Italia memiliki tugas di bawah hukum internasional untuk melindungi nyawa setiap orang yang terancam di laut. Hal ini untuk mendukung misi penyelamatan.

Baca juga: Laporan PBB: Dunia Kehilangan 255 Juta Lapangan Pekerjaan pada 2020

Komisi tersebut pun meminta Italia mengadakan penyelidikan independen dan menuntut siapa pun yang bertanggung jawab.

Penemuan tersebut diumumkan ketika UNHCR meminta tambahan 100 juta dollar AS dalam pendanaan, guna merespons kebutuhan untuk melindungi orang-orang di sepanjang rute migrasi ke Eropa.

Laporan tersebut juga mengungkap, meningkatnya kekerasan di wilayah Sahel Afrika telah membuat 2,9 juta orang mengungsi. Selain itu, konflik di Ethiopia dikhawatirkan pula memicu lebih banyak orang mencoba mengungsi ke Eropa.

Utusan khusus UNHCR untuk krisis Laut Mediterania Vincent Cochetel mengatakan, pihaknya menerima laporan yang mengerikan tentang kebrutalan dan pelecehan yang dialami pengungsi dan migran di sepanjang rute menuju Mediterania.

Baca juga: Sekjen PBB Targetkan Aksi Iklim yang Ambisius

“Banyak yang menjadi mangsa para pedagang dan penyelundup manusia. Mereka dianiaya, diperas, diperkosa, dan kadang dibunuh atau dibiarkan mati,” katanya.

UNHCR mengatakan, dana tambahan akan digunakan untuk mendukung dan melindungi para migran, serta untuk mendidik orang-orang tentang risiko perjalanan ke Eropa.

UNHCR juga meminta negara-negara untuk memastikan ada rute yang aman dan legal bagi pengungsi.

Adapun, lebih dari 1.000 orang meninggal atau hilang saat mencoba ke Eropa dari Afrika utara pada 2020 dan 480 lainnya meninggal atau hilang dari pantai Afrika barat.

Pekan lalu, 43 orang tewas ketika sebuah perahu terbalik di Laut Mediterania, beberapa jam setelah meninggalkan pantai Libya.

Baca juga: Jalan Kaki ke AS Melalui Guatemala, Migran Honduras Bentrok dengan Aparat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com