Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Covid-19, Hampir 3 Juta Migran Telantar: Ingin Pulang, tetapi Tidak Bisa

Kompas.com - 10/10/2020, 10:05 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

JENEWA, KOMPAS.com - Badan migrasi PBB mencatat penutupan dan pembatasan perbatasan untuk mencegah penyebaran Covid-19 telah telah mengakibatkan hampir 3 juta migran di seluruh dunia telantar, yang ingin kembali ke rumah, tetapi tidak bisa.

Badan tersebut mengatakan pada Jumat (9/10/2020), seperti yang dilansir dari Reuters bahwa beberapa dari migran itu telah "ditempatkan" dalam pengaturan yang tidak higienis.

Laporan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) ini adalah yang paling komprehensif tentang masalah ini, yang mencakup migran lebih dari 100 negara.

Baca juga: Polisi Tangkap Migran Ilegal yang Bersembunyi di Mobil Sepanjang Perjalanan Perancis-Inggris

Laporan tersebut spesifik hanya mencakup migran yang ingin kembali, tetapi tidak dapat melakukannya karena pembatasan Covid-19, seperti pelaut yang terjebak di kapal yang dinonaktifkan, penambang, atau pekerja konstruksi.

“Harus jelas bahwa para migran dapat dipulangkan dengan cara yang aman dan bermartabat, meskipun ada kendala yang diberlakukan oleh Covid-19,” kata Direktur Jenderal António Vitorino dalam sebuah pernyataan, mendesak dialog antarnegara.

Baca juga: Taiwan Bantah telah Menolak Aturan Baru Tenaga Kerja Migran Indonesia

Beberapa migran yang telantar telah terisolasi di tempat yang tidak bersih dan di mana social distancing tidak mungkin diterapkan, sehingga menempatkan mereka pada risiko penyakit.

Sebagian kasus lainnya yang muncul di sana adalah terjadinya pelecehan, eksploitasi, dan penelantaran, kata laporan itu.

Baca juga: Dalam Perjalanan Ini, Tak Ada yang Peduli Anda Hidup atau Mati, Laporan PBB tentang Ribuan Migran yang Tewas

Wilayah terparah sejauh ini adalah Timur Tengah dan Afrika Utara yang menyumbang 1,2 juta dari total 2,7 juta migran dalam penghitungan IOM. Kedua, adalah Asia dengan hampir 1 juta.

Juru bicara IOM Paul Dillon mengatakan bahwa 648.000 migran yang telantar berada di Uni Emirat Arab dan sering kali merupakan pekerja konstruksi dari Afrika Timur dan Asia, sedangkan 280.000 terjebak di Arab Saudi.

Ada pula terjebak di kapal pesiar yang menganggur, bahkan sering kali tidak diberi kesempatan untuk naik ke atas dek.

Baca juga: Terjang Halangan, KBRI Damaskus Sukses Pulangkan 102 Pekerja Migran Indonesia

"Ini situasi yang sangat mengerikan untuk terjebak di bawah dek selama enam bulan," kata Dillon, mendesak pengobatan yang lebih baik.

Migran adalah kunci, mereka sentral, untuk ekonomi global yang kuat,” tambahnya.

Namun, IOM memuji keberhasilan baru-baru ini, seperti kesepakatan untuk mengizinkan 3.400 penambang Mozambiquan menyeberang kembali ke Afrika Selatan setelah pemeriksaan medis, serta kesepakatan antara UEA dan India tentang pekerja migran.

Baca juga: Hendak Mengungsi ke Yaman, Migran Somalia Tak Tahu di Sana Ada Perang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com